Lihat ke Halaman Asli

Upaya Memahami Peranan Dongeng Mitos [1]

Diperbarui: 20 Desember 2015   05:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Upaya Memahami Peranan Dongeng Mitos [1]

** [Tulisan ini hasil saya menyadur/menyalin buku Karen Amrstrong (2009), "Masa Depan Tuhan", Penerbit Mizan] **

 

Sistematika tulisan ini dikonstruksi melalui penuturan dua buah warna budaya: 1. Budaya pramodern dan 2. Budaya modern.

Budaya Pramodern

Di era pramodern ada dua buah cara yang lazim di dalam pola berpikir, berbicara, dan memperoleh pengetahuan. Keduanya adalah nalar (logos) dan donggeng mitos. Keduanya penting dan setara kedudukannya; tidak ada yang satu lebih unggul dari yang lainnya. Keduanya saling melengkapi dan tidak bertentangan. Masing-masing memiliki bidang kompetensi dan dianggap tidak bijaksana mencampurbaurkan keduanya.

Nalar adalah cara berpikir pragmatis yang memungkinkan ikhtiar manusia bisa berfungsi secara efektif di dunia ini. Nalar harus bersesuaian secara akurat dengan kenyataan yang ada di dunia ini. Sebagai ilustrasi, manusia mebutuhkan nalar untuk membuat senjata yang efisien, mengatur masyarakat, merencanakan ekspedisi dsb.

Nalar berpandangan ke depan, nalar terus menerus mencari cara baru untuk mengendalikan lingkungan, nalar meningkatkan wawasan lama atau menciptakan sesuatu yang baru. Nalar penting bagi kelangsungan hidup spesies kita.

Tetapi nalar mempunyai keterbatasan: ia tidak sanggup melipur kesedihan yang mendalam yang dihadapi umat manusia. Nalar juga tidak akan secara linier menggiring seseorang mencapai pemahaman terhadap makna tertinggi dari perjuangan hidup ini. Karena itu untuk mempertahankan eksistensi kehidupannya, manusia masih memerlukan sesuatu di luar nalar; inilah momen manusia memperlengkapi dirinya dengan dongeng-dongeng mitos.

Dongeng mitos bukanlah fantasi sekehendak hati. Sepadan dengan peranan nalar, peranan dongeng mitos adalah membantu manusia untuk hidup secara kreatif di tengah dunia yang serba membingungkan, meskipun dengan cara yang berbeda dengan cara kerja nalar.

Dongeng mitos mungkin saja bercerita tentang dewa-dewa. Akan tetapi sesungguhnya dongeng mitos berfokus pada aspek kehidupan yang lebih sukar dimengerti, membingungkan, dan tragis di dalam diri manusia. Kondisi yang seperti ini memang berada di luar wilayah kewenangan nalar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline