Bule, satu kata itu pernah membuat saya merasa kalau orang yang menyandangnya adalah sosok yang sempurna. Iya, sempurna. Setidaknya bagi gadis lugu dan naif macam saya dulu. Jujur saja, bukan kah kita sering menganggap bule lebih superior hampir dalam segala hal? Iya, misalnya fisik bule. Rata-rata kaukasia bertubuh tinggi, berkulit putih dan bermata biru atau hijau dengan rambut yang bervariasi dari coklat ke blonde sampai hidung mancung lancipnya. Jauh berbeda dengan orang-orang asia yang lebih mungil dan cenderung berkulit gelap dan berhidung kecil. Tapi sudah dari sananya kalau manusia cenderung lebih tertarik terhadap sesuatu yang tidak mereka miliki atau berseberangan dengan mereka, bukan?
Bule, oh bule, betapa mudahnya kalian mendapatkan uang seperti memetik daun. Jadi kalian pasti kaya, pasti punya rumah besar di negeri kalian sana, punya mobil mewah dan makan enak setiap hari. Iya, kan? Ini adalah stereotype lainnya bahwa bule banyak duit yang dulu pun pernah nyantol di pikiran sempit saya.
Well, padahal pada kenyataannya... mereka tidaklah lebih superior dari kita. Tidak.
Hanya karena mereka datang dari negaranya nan jauh disana untuk berlibur ke Negara-Negara Asia dan mampu untuk membayar hotel yang layak, makanan dan hal-hal lainnya bukan berarti mereka kaya. Mereka bekerja dan menabung untuk itu. Uang tidak langsung tumbuh di halaman rumah mereka. Setelah beberapa bulan atau bahkan setahun yang penuh stress, mereka menabung untuk berlibur. Pada umumnya mereka memilih Negara yang dekat dengan Negara mereka. Seperti bule-bule Australia yang bisa sebulan sekali datang ke Bali dan menganggapnya rumah kedua bagi mereka atau negara-negara asia khususnya Asia Tenggara yang pada intinya adalah terjangkau dari segi budget hingga lokasi.
Benar, gaji mereka jauh lebih besar jika di bandingkan gaji kita di Indonesia. Tapi biaya hidup di Negara mereka pun sangat tinggi dari pada di beberapa Negara asia sampai beberapa orang bule yang sudah saya temui sering berkata : "In the end of the day, you're broke."
Pada akhirnya tidak banyak yang tersisa. Iya, karena mereka harus bayar bills sana sini. Belum lagi peraturan di Negara mereka yang begitu ketat tentang pembayaran pajak yang biasanya memakan hampir setengah dari gaji mereka. Makannya mereka senang sekali saat dating ke Asia Tenggara karena uang mereka akan cukup untuk memiliki liburan yang layak.
Lalu jika mereka berfisik lebih baik di pandangan kita, apakah itu menjadikan diri atau karakter mereka lebih baik pula? Tidak. Banyak sekali bule yang datang ke asia hanya untuk bermain wanita dengan mengobral janji, bualan dan menganggapnya surga dengan segala kemudahannya. Pada dasarnya mereka sama seperti manusia lainnya, seperti kita. Mereka bisa berbohong, mereka bisa menyakiti, mereka bisa menjadi jahat, mereka bisa tidak bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Banyak wanita yang menikah dengan bule menjadi korban kekerasan pada akhirnya. Banyak pula bule yang ternyata di negaranya adalah seorang yang penuh dengan catatan criminal, atau bahkan pecandu narkoba.
But, bule oh bule. Masih banyak saja yang menatap kalian dengan stereotype di atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H