Film Persepolis
Film Persepolis merupakan sebuah karya animasi dari Prancis-Iran pada tahun 2007. Film ini ditulis oleh Marjane Satrapi dan disutradarai oleh Vincent Paronaud. Film ini berkisah tentang seorang gadis yang beranjak dewasa dalam menghadapi lahirnya Revolusi Iran, pergantian bentuk pemerintahan yang sebelumnya monarki konstitusional menjadi republik. Kata Persepolis sendiri diambil dari nama kota bersejarah Persepolis. Film ini berangkat dari 2 seri novel Marjane Satrapi yang seri pertama berjudul "The Story of a Childhood". Seri pertama mengisahkan Satrapi yang berumur 6-14 tahun dan seri kedua berjudul "The Story of a Return". Seri kedua mengisahkan Satrapi pada saat semasa Revolusi Iran yang dipimpin oleh Ahmad Khomeini berusaha lari ke Eropa pasalnya terdapat beberapa konflik ideologi dengan keluarganya yang kental budayanya dengan Iran.
Alur Cerita
Marjane Satrapi merupakan gadis yang lahir pada tahun 1969 dari keluarga kelas menengah, ia sangat mengagumi paman dan kakeknya yang berani dan tanpa rasa takut menentang sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang diktator yakni Shah Pahlevi, karena meskipun mereka menjalani kehidupan modern yang nyaman, mereka juga menderita di bawah pemerintahan diktator Shah. Keluarga Marjane tersebut memegang prinsip idelogi liberal dengan kata lain tidak menyukai pengekangan oleh yang berkuasa. Revolusi Iran pada tahun 1979 yang terjadi di Iran tersebut merubah sistem pemerintahan yang sebelumnya monarki konstitusinal menjadi rebuplik yang berlandaskan Islam Syiah. Perubahan yang sangat berkontradiksi dari budaya Islam sebelumnya berubah menjadi 180 derajat. Marjane yang terbiasa dengan budaya Iran semasa kecilnya harus beradaptasi dengan perubuahan yang ada. Keluarganya bersukacita pada penggulingannya pada awalnya. Namun, fundamentalis Islam mengambil kendali, memaksakan kontrol yang ketat terhadap perempuan dan memasukkan ribuan dari mereka yang tidak sesuai ke dalam penjara. Kehidupan yang mengekang masyarakat Iran seperti tidak boleh ada pesta, aktivitas para perempuan dikontrol.
Marjane semasa kecil yang polos, lincah, periang, centil, lugu dan juga cerdas yang menikmati masa-masa sekolahnya. Marjane sendiri merupakan anak yang cerdas yang suka berliterasi seperti membaca buku dan juga ia sering berimajinasi atau berkhayal tentang tuhan yang mana ia mengammbarkan tuhan seperti Karl Marx. Marjane tumbuh dewasa dengan jiwa pemberontak terhadap revolusi Iran yang sangat mengekang seperti diatur sesuka kehendak rezim tersebut. Setelah bertahun-tahun menderita perang dan kekurangan, orang tuanya mengirimnya pergi untuk belajar di Wina. Austria (Wina) memberinya masyarakat yang sangat berbeda, tetapi masyarakat yang pada akhirnya tidak mungkin dia jalani. Ia dibesarkan dengan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan pergaulan bebas dan penggunaan narkoba yang ia temukan di antara orang-orang semasanya di Iran. Setelah menjadi sedikit liar dengan style "rock 'n' roll" dan berakting, ia tidak menyukai dirinya sendiri, rindu kampung halaman, dan kembali ke Iran. Tapi itu bahkan lebih tidak ramah daripada yang diingatnya. Ia rindu akan sebuah bangsa yang sudah tidak ada lagi. Ketika ia kembali ke Iran, ia benar-benar tersesat. Sama seperti keadaan membaik secara pribadi dan perang berakhir, represi menjadi lebih buruk.
Kritik
Secara pribadi penulis melihat film kartun dengan animasi hitam putih itu kurang interesting tapi yang menjadi daya tertariknya ialah alur cerita dengan penyajian dan ada unsur politik yang menyeritakan kehidupan seorang gadis yang bernama Marjane semasa kecil hingga dewasa dalam belenggu Revolusi Iran. Saya pribadi juga beranggapan film ini merupakan sebuah propaganda barat yang mengisahkan kontrol penuh terhadap perempuan. Propaganda media film tersebut berkaitan dengan idelogi barat yakni orientalisme. Seperti kita ketahui bahwa Iran identik dengan anti-barat. Revolusi Iran sendiri dalam film tersebut dikisahkan dengan mempertotonkan kebudayaan yang tertinggal dalam anggapan barat seperti ketimpangan gender salah satunya. Namun, penulis juga berfikir secara objektif dari film yang mengisahkan Marjane tersebut, dimana yang hanya bisa merasakan keadaan semasa rezim revolusi Iran yakni yang menjalaninya seperti kisanya Marjane di film ini.
Kelebihan