[caption id="" align="alignleft" width="614" caption="Foto: Picgifs.com"][/caption] Sambil menanti pertempuran leg kedua semifinal piala Champions antara Barcelona dan Chelsea entar malam, saya iseng mencari-cari cerita tentang Messi. Eh, nemu bacaan bagus di Time.com. Isinya wawancara Bobby Ghosh (wartawan Time) dengan Messi. Wawancara ini dilakukan awal Januari 2012 dan tayang di Time tanggal 26 Januari. Silahkan baca deh. Tentang prestasinya: Aku nggak tahu. Setiap memasuki awal tahun, aku punya target meraih semuanya, nggak membandingkan dengan apa yang kulakukan di musim kemarin, yang kucapai, atau yang kami raih sebagai tim. Bagiku, apapun yang terjadi biar saja terjadi, dan aku selalu menatap ke depan. Aku nggak punya waktu untuk memikirkan segala sesuatu yang terjadi, karena semuanya terjadi begitu cepat. Entar, kalau udah pensiun, baru aku akan merenung dan memikirkannya. Tentang evolusinya: Entah ya. Tahun demi tahun, perkembanganku makin baik. Aku beruntung memulai karir saat sangat muda dan selalu punya kawan yang sangat baik sejak aku bergabung, dan ini membantuku juga permainanku. Dan dengan [pelatih Barcelona Pep] Guardiola, aku belajar bermain taktis, sesuatu yang paling kubutuhkan. Secara taktis, yang paling penting adalah sadar apa yang musti dilakukan di lapangan saat kita tidak menguasai bola. Dan akan terasa lebih baik saat kita menguasainya. Tentang gaya hidup sederhana: Aku selalu begini deh, sejak masih muda. Aku hanya menyukai sepak bola, dan selalu punya banyak waktu untuk itu. Waktu kecil, teman-temanku sering mengajak jalan-jalan, tapi aku akan memilih di rumah saja karena besok harus berlatih. Aku juga ingin bisa jalan-jalan, tetapi kamu harus tahu kapan kamu bisa [melakukan sesuatu] dan kapan tidak. Itulah mengapa kubilang nggak ada yang berubah sejak aku masih remaja. Teman-temanku akan jalan-jalan dan aku di rumah. Tapi tidak apa-apa, karena aku tahu harus seperti itu, dan pada saat itu aku mendedikasikan hari-hariku untuk sepak bola. Tentang pengorbanan kesenangan demi prestasi: Aku nggak pernah berpikir gitu. Yang kupikirkan adalah aku ingin bermain secara profesional, dan untuk itu aku harus mengorbankan banyak hal. Aku rela meninggalkan Argentina, meninggalkan keluarga untuk memulai hidup baru. Rela berteman dengan orang-orang baru. Semuanya. Tapi semua aku lakukan, demi sepak bola, demi meraih mimpi. Itu sebabnya aku tidak ikut pesta-pesta atau semacamnya. Pengalaman pertama di sekolah Barcelona: Mereka banyak membantuku karena aku datang [dari Argentina] sendirian. Tapi aku di Masia, aku bukanlah satu-satunya. Kami semua berasal dari berbagai tempat, dan kami saling membantu. Yang pasti adalah bahwa ada banyak momen bahagia karena kami di sana sering melewati waktu bersama, dan itu juga yang membuat hubungan antarkami makin hari makin erat. Ada banyak hal menyenangkan di sana. Persiapan menghadapi Piala Dunia besok, dan apa yang ia pelajari dari Piala Dunia kemarin: Persiapan kujalani sama untuk semua pertandingan, karena setiap pertandingan itu penting baik Piala Dunia atau Liga Champions atau Copa del Rey. Aku menghadapi semua pertandingan dengan persiapan yang sama, kuanggap itu pertandingan final. Tekanan saat bertanding untuk Argentina di Piala Dunia: Enggak ah, tekanan itu di setiap pertandingan: dan nggak cuma aku, semua pemain tim nasional juga merasakan. Yang kupelajari [dari Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan] adalah bahwa yang paling penting tim itu harus kuat, karena itu mereka harus bersatu. Itu penting di sebuah turnamen yang begitu singkat. Apakah persaingan dengan Cristiano Ronaldo memacunya menjadi lebih baik lagi? Kupikir nggak gitu. Aku nggak pernah benar-benar terpaku padanya atau membandingkan diriku dengan pemain lain. Motivasiku adalah mencapai lebih baik setiap tahun, tumbuh baik sebagai individu dan sebagai bagian tim, dan jika dia tidak ada, aku tetap akan melakukan hal yang sama. Pendapatnya tentang Ronaldo: Menurutku dia orang baik. Kupikir dia pemain yang baik, yang membawa banyak prestasi untuk Madrid, dan yang pada setiap saat, dapat mengatur irama permainan. Setiap Ronaldo bikin gol, apakah ia tertekan untuk melakukan hal yang sama: Enggak. Aku peduli pada yang dilakukan Madrid karena mereka bersaing dengan kami, dengan mereka di liga yang sama, dan hampir setiap tahun, kami bersaing untuk meraih juara. Tetapi khusus melawan Ronaldo, Enggak. Bagaimana perasaannya ketika kalah: Aku suka berkompetisi dan merasa buruk kalo kalah. Kamu bisa melihatku kalau lagi kalah. Aku nggak mau bicara dengan siapa pun. Aku bertanya dalam hati dan benakku dipenuhi jalannya pertandingan: kesalahan-kesalahanku, mengapa kami nggak menang. Berapa lama merenung? Sampai pertandingan berikutnya. Untungnya kami banyak bertanding, jadi hal itu berlalu dengan cepat. Perasaan ketika penampilannya di timnas dikritik oleh sesama warga Argentina: Ya, ya, menyakitkan, itu menggangguku. Karena mereka mengatakan hal-hal yang tidak benar - bahwa aku tidak bersungguh-sungguh saat mengenakan kostum timnas [Argentina]. Nggak gitu. Dan sekarang, kupikir orang di sana harus mengerti bahwa ini adalah permainan tim, dan aku mencoba untuk bermain sama seperti yang kulakukan di Barcelona, dan aku selalu melakukan yang terbaik. Tentang identitas Argentina, meski tinggal di Barcelona sejak umur 12: Aku nggak akan pernah berhenti jadi orang Argentina, dan aku nggak pernah mau. Aku sangat bangga menjadi orang Argentina, meskipun aku pergi dari sana. Aku sudah jelas tentang hal ini sejak masih sangat muda, dan aku nggak ingin berubah. Barcelona adalah rumahku karena baik klub maupun orang-orang di sini telah memberiku segalanya, tapi aku tidak akan berhenti menjadi orang Argentina. Tentang perasaannya bahwa pendukung di negaranya membencinya: Ada banyak kritik dan semuanya buruk. Dan sekarang tidak seperti itu. Bagus sih, karena di setiap negara yang kukunjungi, orang selalu menerimaku dengan baik, tapi di negaraku sendiri malah tidak. Tentang sambutan dari penggemar di seluruh dunia, seperti di Kolkata, India, kota yang terakhir ia kunjungi: Luar biasa. Ini terjadi di banyak negara yang kukunjungi, tapi tetap saja mengejutkan. Aku nggak pernah membayangkan bahwa begitu jauh jarak dari Spanyol atau Argentina, tapi orang menyambut saya dengan hangat. Itu membuat saya sangat bahagia. Apakah pemujaan melahirkan tekanan untuk menciptakan gol? Enggak, Aku tetap bertanding seperti biasa. Baik itu pertandingan persahabatan, atau untuk poin, atau final, atau apa saja - Aku tetap bermain sama. Aku selalu mencoba menjadi yang terbaik, pertama untuk timku, untuk diriku sendiri, untuk fans, dan untuk berusaha dan menang. Prinsip yang dikagumi dari rekan setim: Aku nggak pernah merubah prinsip, nilai-nilai yang kupelajari dari keluarga. Sama seperti yang kubawa ke Barcelona, ke klub ini, bahwa orang-orang yang bertanggung jawab di La Masia mengajarkan kepada anak-anak: sikap menghormati, rendah hati, bekerja sama, menghormati satu sama lain nggak peduli siapa pun dia. Menghadapi Piala Dunia 2014, apakah ini kesempatan membungkam para pengkritik? Kuharap begitu. Aku berharap inilah saatnya Argentina dan kita menjadi juara. Aku akan [ke Brasil] karena aku ingin menjadi juara dan berbagi Piala Dunia dengan tim nasional. Tapi kalau tidak bisa dengan cara itu, aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi. Tapi masih ada banyak waktu. Masih ada banyak waktu untuk melakukan persiapan. Sumber: Time.com. Oiya, mohon dikoreksi terjemahannya juga ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H