Lihat ke Halaman Asli

Rabu Pagi Bersama MS: Antara Seekor Kambing dan 10 Ekor Sapi

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemaren, Selasa 15 Oktober pukul 6.30 pagi. Saya sudah duduk tertib sambil mengumandangkan takbir bersama ratusan jamaah  lain di lapangan rumput tempat sholat Idul Adha dilaksanakan.  Sinar mata hari terasa sangat panas pagi itu. Jam 6.50 belum ada tanda-tanda  ritual tahunan itu akan dimulai. Biasanya, 10 menit sebelum sholat, panitia telah naik mimbar membacakan pengumuman-pengumuman terutama mengenai berapa ekor jumlah sapi dan kambing yang dikurbankan oleh jamaah.

Pukul 6.55 terjadi sedikit kegaduhan. Imam yang memimpin takbir tiba-tiba menyerahkan mikropon ke orang disebelahnya. Bersama beberapa orang panitia ia berlari-lari kecil menuju jalan raya yang jaraknya sekitar 20 meter dari tempat saya duduk. Sebuah mobil sedan hitam yang diiringi sebuah mobil pengawal berhenti. Seorang pria gagah memakai jas dan peci hitam keluar dari mobil. Dari kejauhan saya masih dapat melihat kilauan lambang garuda di dada pria itu. Rombongan yang menyambut langsung cium tangan satu persatu: “Selamat datang bapak menteri dan terima kasih atas kesediaan bapak untuk menjadi khotib dalam sholat Idhul Adha di lapangan ini” sambut panitia ketika tamu yang gagah itu telah duduk di saf paling depan persis di depan podium.

Pak Menteri?,  jadi khotib lagi. Selera beribadah saya langsung turun. Dalam benak saya pastilah kesempatan jadi khotib dalam tahun politik ini akan digunakan untuk pencitraan partai dan dirinya. Saya sudah berniat untuk hengkang lebih dahulu kalau nanti  khotbah pak Menteri berbau politik.

Ternyata dugaan saya meleset sama sekali. Tidak satu kata pun dalam khotbah pak Menteri yang memuat pencitraan dirinya . Tidak ada satu kalimatpun yang berbau politik apalagi himbauan untuk menyukai partai politik tertentu. Pak Menteri hanya mengupas tentang niat orang berkurban. “Banyak orang berlomba saling banyak mengurbankan sapi  hanya untuk pencitraan. Bahkan tidak sedikit orang berkurban untuk pencucian uang hasil korupsi” sindir pak Menteri. “Saya tidak tahu apakah mereka akan mendapat ganjaran pahala atau tidak dari Allah SWT, tetapi yang pasti pengurbanan yang mereka lakukan  tidak akan membawa manfaat bagi kehidupan mereka sendiri dan orang lain” katanya.

Selanjutnya pak Menteri menjelaskan bahwa semangat Idhul Adha bukan hanya menyembelih hewan tetapi merupakan lambang  menyembelih sifat tamak, sombong, rakus ,kikir dan mau menang sendiri dari manusia.  “Jadi kita harus menghilangkan sifat-sifat demikian agar orang lain juga kebagian rezeki, merasa dihargai dan dapat hidup penuh persaudaraan sesama manusia” lanjutnya,. “Saya lebih senang jemaah disini hanya berkurban seekor kambing tetapi dengan niat suci rela mengurbankan kesenangan pribadi untuk kemaslahatan orang lain ketimbang mengurbankan  100 ekor sapi yang hanya untuk pamer dan pencitraan” pungkasnya.

Tidak terasa khotbah pak Menteri berlangsung lebih 45 menit. Mata hari makin meninggi tapi panasnya tak terasa. Khotbah pak Menteri sangat menyejukkan.

Ah, kalau saja para pejabat dan tokoh masyarakat kita bersikap terpuji seperti itu, mungkin wajah Indonesia tidak seburuk seperti sekarang.

Jakarta, 16 Oktober 2013.

www.msjohirin.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline