Lihat ke Halaman Asli

M. Seto Parikesit

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Brebes

Kritk atas Metode Pembelajaran Dosen yang Tidak Efektif: Prespektif Mahasiswa

Diperbarui: 21 November 2024   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seto Parikesit Kader PK IMM Ahmad Dahlan UMBS/DOK. PRI

Kritk atas Metode Pembelajaran Dosen yang Tidak Efektif : Prespektif Mahasiswa

Argumentasi berasal dari kata kerja to argue dalam Bahasa Inggris, yang berarti membuktikan, menyampaikan alasan, dan meyakinkan pembaca. Dalam Bahasa Indonesia, istilah ini juga disebut "hujahan." Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan konsepsi atau pendapat kepada pembaca. Untuk memperkuat keyakinan pembaca, argumentasi biasanya disertai bukti, contoh, dan alasan yang sulit dibantah (dikutip dari Wikipedia).  

Berbeda dari pendekatan sentimental, tulisan ini dibuat dengan dasar argumentasi. Mengutip Buku Sukses Bergaul karya Yusuf al-Uqshari, sifat sentimental mudah dipengaruhi oleh emosi atau perasaan. Dengan demikian, kritik ini tidak dilandasi emosi, melainkan alasan yang logis dan didukung dengan contoh.  

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, seorang dosen didefinisikan sebagai:  
 Pendidik profesional atau ilmuwan yang memiliki tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi.  (undang undang bisa di akses disini)

Profesi dosen adalah bidang pekerjaan khusus yang mengharuskan mereka memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, kesehatan fisik dan mental, serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Salah satu tugas utama dosen adalah menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.  

Namun, dalam praktiknya, tugas menyebarluaskan ilmu pengetahuan ini sering terganjal oleh kurangnya komunikasi efektif antara dosen dan mahasiswa. Akibatnya, banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan memahami materi karena metode pembelajaran yang tidak efektif.  

Contohnya, saya pernah mengalami metode pembelajaran di mana dosen meminta mahasiswa untuk mempresentasikan materi kuliah. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok dan diberi tanggung jawab untuk merangkum serta menyampaikan topik tertentu di depan kelas. Masalah yang muncul dari metode ini adalah: 

 
1. Materi sering tidak tersampaikan dengan jelas.  
2. Banyak kesalahan dalam pemahaman konsep karena kurangnya penjelasan dari dosen.  
3. Mahasiswa menghabiskan waktu lebih banyak untuk tugas ini, tetapi tidak mendapatkan pemahaman yang mendalam.  

Dengan waktu perkuliahan yang terbatas, metode seperti ini kurang efisien. Dosen seharusnya dapat memanfaatkan waktu untuk menjelaskan materi secara langsung dan mendalam, alih-alih hanya mengandalkan mahasiswa untuk mempelajari sendiri.  

Dari sudut pandang penulis sebagai mahasiswa, metode ini hanyalah salah satu contoh dari berbagai bentuk pembelajaran yang kurang efektif. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi besar-besaran terhadap metode pembelajaran yang diterapkan dosen. Evaluasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang lebih efektif antara dosen dan mahasiswa, sehingga tujuan utama pembelajaran dapat tercapai.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline