Penulis: Salsabila Fitri Imni, Rizka Dwi Andriani, Suci Nur Setyawati, Syifa Noer Sya’adah, Syammira Dhifa Maulia
Dosen Pengampu: Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA dan Ir. MD Djamaludin, MSc.
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB University.
Single mother merupakan ibu sebagai orangtua tunggal yang menggantikan peran seorang ayah di dalam berbagai aspek, seperti menjadi kepala keluarga, mencari nafkah, mengurus rumah tangga, mengurus anak, serta memenuhi kebutuhan keluarga yang lainnya (Rahman 2014). Seorang wanita dianggap single mother apabila mengalami beberapa peristiwa seperti, kematian suami, perceraian atau perpisahan, atau mempunyai anak tanpa nikah. Dengan menjadi single mother, seorang ibu yang berperan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri dapat mengalami beberapa masalah yang dapat memengaruhi tingkat stres serta kesejahteraan keluarga terutama pada keluarga single mother di perkotaan. Oleh karena itu, seorang single mother harus melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya serta keluarganya, salah satunya dengan memanajemen stres yang dialaminya. Tulisan ini akan memberikan informasi mengenai tingkat stres dan faktor-faktor penyebab stres pada single mother di perkotaan, permasalahan yang dihadapi pada keluarga single mother di perkotaan, teknik manajemen stres yang dilakukan keluarga single mother di perkotaan, serta kesejahteraan keluarga single mother di perkotaan.
Tingkat stres dan faktor-faktor penyebab stres pada single mother di perkotaan
Tingkat stres dari setiap single mother tentu berbeda-beda. Tingkat stres single mother dapat dipengaruhi oleh lama waktu berpisah dengan suaminya. Terdapat hubungan signifikan secara statistik yang menyatakan single mother kurang dari 2 tahun mengalami tingkat tekanan mental tertinggi dibandingkan dengan single mother selama lebih dari 5 tahun (Rousou et al. 2019).
Stres yang dirasakan oleh single mother di perkotaan terjadi karena beberapa faktor. Faktor yang menyebabkan stres dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat menjadi penyebab stres oleh single mother khususnya di wilayah perkotaan salah satunya kesepian karena tidak ada pasangan yang bisa diajak berdiskusi mengenai suatu masalah. Ahmad (2015) mengungkapkan bahwa manusia membutuhkan figur yang dapat memandu karena kesepian yang dirasakan manusia kadang kala berujung pada kesulitan mencari sumber kebahagiaan secara independen. Ahmad (2015) juga mengungkapkan bahwa persaingan masyarakat di perkotaan lebih keras dibandingkan dengan masyarakat di pedesaan. Hal ini menyebabkan munculnya stres yang dirasakan single mother mother di perkotaan yaitu kesulitan dalam mencari pekerjaan serta sulitnya memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang menjadi faktor eksternal penyebab stres pada single mother. Seorang single mother dapat merasa stres karena tekanan pekerjaan dan harga kebutuhan sehari-hari yang mahal di perkotaan. Selain itu, penyebab stres oleh single mother dapat dikarenakan kesulitan merawat anak-anaknya terutama merawat anaknya yang masih kecil.
Permasalahan yang dihadapi pada keluarga single mother di perkotaan
Single mother menghadapi berbagai kesulitan dan masalah karena adanya perubahan keadaan keluarga. Naufaliasari dan Andriani (2013), menyebutkan bahwa transisi menjadi orang tua tunggal adalah saat yang paling sulit. Terdapat tiga jenis masalah yang dirasakan single mother di Perkotaan, yaitu masalah psikologis, keuangan, serta anak. Seorang single mother dapat merasa kesepian karena tidak memiliki pasangan yang dapat berdiskusi mengenai masalah kehidupan. Single mother juga merasa tinggal di perkotaan yang jauh dari sanak saudara sering merasa membutuhkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Di sisi lain, single mother juga merasa kehilangan sosok suami karena tidak ada lagi yang dapat dijadikan tumpuan hidup keluarga. Permasalahan juga dapat timbul yang dirasakan pada single mother juga karena kesulitan mengurus anak yang masih kecil sekaligus harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan. Seorang single mother adalah tulang punggung keluarga sekaligus harus menjaga anak seorang diri. Apalagi harga kebutuhan sehari-hari yang cukup mahal di perkotaan dapat menambah beban stres yang dialami oleh single mother.
Permasalahan yang dialami pada keluarga single mother di Perkotaan tentu tidak terus-menerus terjadi. Beberapa permasalahan dapat diatasi seiring berjalannya waktu. Pada permasalahan psikologis yang dialami single mother karena kesepian biasanya hilang karena telah terbiasa mengalaminya. Seorang single mother juga dapat mengurangi rasa kesepian dengan sering berkomunikasi dengan anak-anaknya, menghibur diri sendiri dengan meluangkan waktu sendiri atau dengan anak-anaknya, serta berkomunikasi dengan tetangga.
Teknik manajemen stres yang dilakukan keluarga single mother di perkotaan
Strategi dalam mengurangi hingga mengatasi stres oleh single mother di perkotaan adalah dengan memahami teknik manajemen stres. Teknik manajemen stres yang pertama adalah Problem-focused Coping yang merupakan teknik memberikan sebuah bantuan untuk memecahkan sebuah masalah. Teknik ini digunakan untuk individu yang memiliki masalah seperti ancaman atau gangguan akan tetapi masih dapat berubah sehingga individu akan berpikir untuk merencanakan tindakan selanjutnya untuk memperoleh apa yang diinginkan. Teknik kedua adalah Emotional-focus Coping merupakan teknik manajemen stres dengan cara melakukan pengalihan dari stres itu sendiri melalui kegiatan yang mereka sukai. Selanjutnya, teknik ketiga yaitu Group Discussion Therapy merupakan suatu diskusi dalam bentuk kelompok yang nantinya akan diberikan stimulus untuk memecahkan masalah secara interpersonal. Teknik keempat yaitu teknik Behavioral berupa konseling atau seseorang bercerita terkait masalah yang sedang dialami. Teknik terakhir yaitu Guided imagery, dengan membayangkan dan mengingat kegiatan menyenangkan sehingga dapat membuat perasaan kembali gembira dan tertata (Mentari et al. 2020).
Beberapa single mother di perkotaan biasanya menggunakan teknik Problem-focused Coping dan Emotional-focus Coping. Teknik Problem-focused Coping membuat respon single mother yang melebihi batas kemampuannya dapat teratur, terminimalkan, serta terkuasai. Teknik ini diimplementasikan single mother dengan terus bekerja dan berusaha dalam karir untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan anak-anaknya. Hal ini didukung juga dengan mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya ketika mengalami kesulitan sehingga dapat membantu single mother melewati masa stres yang dialaminya. Sedangkan teknik Emotional-focused Coping dapat mengelola stres yang muncul ketika single mother melakukan interaksi di lingkungannya. Teknik ini diterapkan dengan cara bersyukur atas apa yang terjadi, mendekatkan diri pada tuhan, serta menghibur diri sendiri dengan meluangkan waktu bersama anak-anaknya.