Beberapa waktu lalu, nama anak sulung Joko Widodo(Jokowi), Gibran Rakabuming Raka (Gibran) ramai menjadi perbincangan publik. Majunya Gibran dalam kontestasi Pilwakot Solo 2020, diulas mulai dari media ecek-ecek, media nasional, bahkan internasional. Gibran disebut-sebut maju melalui jalur "pintu belakang".
Asumsi tersebut menyeruak lantaran Jokowi dianggap turut andil "menjegal" kompetitor Gibran di Pilwakot Solo, Achmad Purnomo, dengan cara memanggil ke Istana Negara, Jakarta, beberapa waktu lalu. Tak hanya sampai di situ, Jokowi juga ditenggarai secara "vulgar" menawarkan Purnomo jabatan tertentu. Tak ayal, publik menilai sikap Jokowi tersebut sebagai salah satu bentuk KKN-nya dalam melanggengkan dinasti politik.
Majunya Gibran tersebut menuai kontroversi. Ada beberapa pihak yang mendukung dengan alasan hak politik tak boleh diberangus. Namun tak sedikit juga publik yang merasa jengah. Salah satu orang yang dianggap publik sebagai pendukung Jokowi, Ernest Prakasa juga menuangkan unek-uneknya dalam unggahan Twitter. Bahkan sang komika ini dicap KADRUN oleh pihak yang berbeda pandangan dengannya.
Keriuhan terkait Gibran yang mendapat karpet merah melaju menjadi calon wali kota di Pilwakot Solo 2020, juga menarik netizen untuk menggalang dan menaikkan tagar #PurnomoKorbanPolitikDinasti. Namun tagar tersebut tak bertahan lama. Tagar-tagar baru bermunculan setiap hari membenamkan tagar yang menyentil langkah Gibran. Terbaru, dalam dua hari ini kata kunci maupun tagar #klepon di Twitter mengalahkan Gibran.
Tagar klepon pertama kali menjadi sorotan setelah pemilik ankun @Irenecutemom mengunggah poster penjualan sebuah toko. Dalam poster tersebut tertulis 'kue klepon tidak islami'. Selanjutnya dalam unggahan tersebut juga berisi ajakan agar meninggalkan yang tidak islami.
"Kue Klepon Tidak Islami. Yuk tinggalkan jajanan yang tidak islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami Abu Ikhwan Aziz," bunyi tulisan dalam poster tersebut.
Postingan yang diunggah pada Selasa (21/7/2020) pagi tersebut langsung menjadi viral. Hingga Selasa (21/7/2020) malam, postingan tersebut telah di-retweet sebanyak 12 ribu kali dan disukai 18 ribu kali oleh warganet. Bahkan, lebih dari 68 ribu warganet hingga Selasa (21/7/2020) malam tercatat menyebut kata klepon dalam unggahannya.
Namun yang menarik dari terbenamnya isu Gibran dan mencuatnya isu klepon tak islami adalah temuan dari Komunitas Anti Hoax. Komunitas ini melacak pola sebaran dari akun-akun yang turut menaikkan tagar klepon tersebut. Hasilnya, dalam berita yang dimuat Republika, Rabu (22/7), ditemukan pola sebaran yang sama dan selalu mencantumkan olok-olokan terhadap agama tertentu disebut berasal dari akun-akun pendukung Jokowi pada pemilu 2019 lalu.
Jika tagar klepon merupakan bagian dari pengalihan isu majunya Gibran, tentu pemilihan isu budaya (klepon jajanan tradisional) yang dibenturkan dengan isu agama tersebut menjadi sesuatu hal yang tidak terpuji. Dalam situasi pandemi Covid-19 ini, seharusnya semua elemen bersatu-padu dan meninggalkan segala identitas untuk melebur dalam semangat kemanusiaan yang sama. Melebur bersama dalam semangat gotong-royong yang dibingkai dalam Kebhinekaan Tunggal Ika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H