Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Shohibul Izar

NIM: 11220511000121, Mahasiswa Semester 5, Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Meta AI di WhatsApp: Lebih dari Penafsir Nama

Diperbarui: 23 Desember 2024   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pengamatan lapangan dan dokumentasi pribadi

Akhir-akhir ini, tren baru mengenai tafsir atau arti nama menggunakan Meta AI di aplikasi WhatsApp tengah ramai diperbincangkan. Fenomena ini menarik perhatian karena dianggap unik dan menghibur. Banyak pengguna yang mencoba mengetikkan nama mereka di kolom chat dan meminta Meta AI untuk menginterpretasikan makna di balik nama tersebut. Respon yang diberikan pun beragam, mulai dari penjelasan bernuansa filosofis, prediksi karakter, hingga tafsir yang lucu dan kreatif. Tidak mengherankan jika tren ini dengan cepat menjadi viral dan memenuhi berbagai status di Instagram. Bahkan, berdasarkan pengamatan saya, lebih dari 290 ribu pengguna Instagram telah berpartisipasi dalam tren “Arti Nama” melalui fitur “Balasan,” yang menunjukkan betapa populernya fenomena ini.

Namun, di balik keseruan ini, saya berpikir ada hal yang lebih esensial yang bisa digali dari adanya Meta AI di WhatsApp. Bukan hanya sekadar hiburan atau penasaran tentang makna nama, AI di WhatsApp seharusnya bisa dimanfaatkan lebih luas untuk meningkatkan literasi digital, khususnya di Indonesia. Mengingat tingkat literasi digital masyarakat kita masih tergolong rendah, AI seharusnya bisa menjadi jembatan untuk memperkenalkan berbagai keterampilan baru di era digital.

Tak bisa dipungkiri bahwa tren tafsir nama ini adalah contoh sempurna bagaimana teknologi AI bisa menarik perhatian masyarakat luas, bahkan yang mungkin sebelumnya merasa asing dengan istilah kecerdasan buatan. Meta AI berhasil menghadirkan teknologi tinggi dengan cara yang sederhana dan dekat dengan keseharian pengguna. Ini adalah langkah awal yang bagus, tapi apakah cukup sampai di situ? Tentu tidak. Di saat pengguna asyik bertanya makna nama, saya yakin AI ini memiliki kapasitas untuk memberikan manfaat lebih besar. Bayangkan jika, alih-alih hanya menafsirkan nama, pengguna bertanya tentang cara mengenali berita hoaks, cara menjaga keamanan akun media sosial, atau tips menggunakan aplikasi digital untuk meningkatkan produktivitas. AI di WhatsApp bisa menjadi mentor digital yang memperkenalkan masyarakat pada berbagai keterampilan baru yang esensial dalam era digital.

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, tingkat literasi digital di Indonesia ternyata masih berada di level menengah. Banyak masyarakat yang mampu menggunakan teknologi, namun masih minim dalam hal pemanfaatan optimal dan kemampuan berpikir kritis terhadap informasi digital. Hal ini menjadi salah satu penyebab maraknya penyebaran hoaks dan rendahnya kesadaran tentang keamanan siber. WhatsApp adalah aplikasi yang sangat populer di Indonesia, digunakan oleh hampir semua kalangan, dari anak-anak muda hingga orang tua. Dengan kehadiran Meta AI, WhatsApp bisa menjadi platform yang efektif untuk mendidik masyarakat tentang berbagai aspek literasi digital. AI bisa menjadi “guru digital” yang tersedia 24 jam, siap menjawab berbagai pertanyaan, mulai dari cara menggunakan internet dengan bijak hingga memahami risiko privasi di dunia maya.

Pengguna WhatsApp kini bisa memanfaatkan AI untuk lebih dari sekadar mencari hiburan. AI dapat menjadi alat bantu dalam meningkatkan keterampilan pengguna dalam berbagai hal, seperti mengidentifikasi berita palsu atau hoaks. Pengguna bisa bertanya kepada AI tentang cara memverifikasi berita yang diterima. AI dapat memberikan tips dan sumber terpercaya untuk cek fakta. Selain itu, AI bisa mengajarkan pengguna cara mengatur privasi di media sosial, mengamankan kata sandi, dan mengenali tanda-tanda akun yang diretas. Tak hanya itu, AI juga bisa memberikan saran tentang aplikasi yang bisa meningkatkan produktivitas, cara mengelola waktu dengan teknologi, dan bahkan tips menjalankan bisnis kecil secara online. AI juga bisa menjadi alat pembelajaran bahasa yang interaktif, membantu pengguna mempelajari bahasa baru dengan mudah dan menyenangkan.

Dengan demikian, AI di WhatsApp bisa menjadi sarana belajar yang praktis dan murah, karena tidak memerlukan aplikasi tambahan. Semua bisa diakses langsung melalui aplikasi yang sudah digunakan sehari-hari. Meskipun potensinya besar, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam upaya meningkatkan literasi digital melalui AI di WhatsApp. Salah satunya adalah kesadaran pengguna. Banyak pengguna yang belum sadar akan potensi AI di WhatsApp dan masih menganggap AI hanya sebagai fitur hiburan. Selain itu, meskipun WhatsApp merata di banyak wilayah, tidak semua daerah memiliki akses internet yang memadai untuk memanfaatkan fitur AI secara maksimal. Tantangan lainnya adalah privasi dan keamanan data. Penggunaan AI yang semakin meluas juga menimbulkan kekhawatiran tentang privasi data. Apakah data pengguna akan aman dan tidak disalahgunakan?

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan edukasi yang masif dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas digital. WhatsApp dan Meta bisa berkolaborasi dengan pemerintah dalam mengadakan kampanye literasi digital berbasis AI. Kampanye ini bisa diselenggarakan dalam bentuk webinar, tutorial online, dan konten interaktif. Relawan teknologi juga bisa diterjunkan ke berbagai daerah untuk memberikan pelatihan langsung tentang cara memanfaatkan AI dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, Meta perlu memastikan bahwa fitur AI di WhatsApp memiliki kebijakan privasi yang jelas dan mudah dipahami oleh pengguna. Ini juga dirasa penting agar pengguna merasa aman saat berinteraksi dengan AI.

Namun, perlu disadari bahwa transformasi digital yang diharapkan tidak hanya datang dari satu arah. Masyarakat juga perlu didorong untuk lebih aktif memanfaatkan teknologi secara positif. AI di WhatsApp adalah salah satu bentuk peluang yang bisa dimaksimalkan, tetapi kesadaran dan kemauan untuk belajar adalah kunci utamanya. Pemerintah dan komunitas digital bisa memainkan peran penting dalam mendorong literasi digital dari bawah, membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran teknologi bagi semua kalangan.

Selain itu, adanya AI di WhatsApp juga bisa menjadi peluang bagi generasi muda untuk terlibat lebih dalam dalam pengembangan teknologi. Alih-alih hanya menjadi konsumen, generasi muda bisa diajak untuk berpartisipasi dalam proyek pengembangan AI lokal yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Dengan demikian, AI tidak hanya berperan sebagai alat, tetapi juga sebagai inspirasi untuk menciptakan solusi teknologi yang relevan.

Yang mana pada akhirnya, kehadiran Meta AI di WhatsApp bisa menjadi batu loncatan untuk menciptakan masyarakat digital yang lebih cerdas dan tanggap terhadap perubahan zaman. Dengan pendekatan yang menyeluruh, AI tidak hanya menjadi penafsir nama, tetapi juga ‘teman belajar’ yang membuka cakrawala baru bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline