Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Rasyid Ridha

Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Selera Aku, Kamu, dan Mereka

Diperbarui: 10 Juli 2024   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: koleksi pribadi

Nun jauh di kota Purbalingga, Jawa Tengah, ada sebuah toko roti yang sangat terkenal. Toko roti "SELERA", itulah namanya yang sudah berdiri sejak saya masih kecil hingga saat ini. Dahulu membeli roti di toko tersebut adalah kemewahan tersendiri, mengingat roti pada saat itu merupakan kebutuhan tersier, beda dengan jaman sekarang.

Anak bungsu saya, akhirnya juga menjadi pelanggan setia Toko Roti Selera setiap mudik ke Purbalingga. Ada satu jenis kue bolu yang menjadi kesukaannya dan hanya ada di toko tersebut. Walhasil dari orang tua hingga anak berhasil tergugah seleranya untuk menjadi pelanggan Toko Roti Selera.

Nah bicara tentang selera, mungkin memang si pemilik toko sudah memikirkan matang-matang mengapa sejak dahulu menggunakan nama "selera" sebagai brand toko rotinya. Mungkin dia ingin menggugah selera orang-orang di daerah tersebut untuk mencoba kenikmatan dari roti-roti yang dibuatnya. Bukankah kalau sudah tergugah seleranya, orang bersedia membelanjakan uang untuk membeli roti-roti guna memenuhi selera rasa dan perutnya?

Iseng-iseng mencari makna kata"selera" ternyata di KBBI didefinisikan sebagai:

  1. n nafsu makan: hidangan itu membangkitkan --nya; air -- air liur (tanda adanya nafsu makan); buruk -- [1] rakus [2] tamak
  2. n nafsu (kemauan untuk berbuat sesuatu); keinginan: sekalian itu menambah -- untuk maju
  3. n kesukaan; kegemaran: akhirnya semua itu tergantung pada -- masing-masing

Ternyata selera itu mencerminkan nafsu, keinginan, kesukaan, kegemaran, keinginan yang keberadaannya tergantung pada masing-masing individu. Tiap orang bisa jadi memiliki selera yang berbeda-beda, tapi tak menutup kemungkinan beberapa orang memiliki selera yang sama atas suatu hal.

Melihat definisi selera, dan bagaimana kaitannya dengan kesukaan seseorang, maka menambah pemahaman dan penghargaan saya pada orang lain yang memiliki selera berbeda. Toh berbeda selera bukan berarti selera dia salah dan saya benar kan? Kecuali jika selera yang kita punyai bertentangan dengan norma dan hukum, itu baru masalah.

Orang (termasuk saya) sering mengkritik jika ganti pemerintahan, ganti menteri, maka akan ganti kebijakan. Contohnya pergantian Menteri Pendidikan, hal ini biasanya akan mengubah cara penentuan metode kelulusan siswa, penerimaan siswa baru, aturan zonasi, sertifikasi guru dan lain-lain. Dulu saya akan teriak, ngapain tiap ganti menteri ganti kebijakan, seolah Menteri baru ingin dikenang dengan meninggalkan warisan yang berbeda dari pendahulunya, padahal kebijakannya tidak lebih baik dari sang pendahulu.

Sekarang saya memahami pergantian pejabat yang diiringi dengan perubahan kebijakan adalah karena adanya selera yang berbeda, antara pejabat lama dan baru. Toh selama ini tidak ada larangan dan aturan yang dilanggar jika pejabat baru mengambil kebijakan dan menetapkan aturan yang berbeda dengan pendahulunya. Lagi-lagi kita tidak bisa menghakimi dan menghukumi selera seseorang.

Kalau rakyat menginginkan agar kebijakan tidak berubah walaupun terjadi pergantian pejabat, maka hal tersebut harus dituangkan dalam peraturan perundangan tertulis yang kuat dan terang benderang. Namun jika selera penguasa dan wakil rakyat sudah tidak sejalan dengan peraturan perundangan, maka jangan pula kita heran jika peraturan perundangan bisa diubah mengikuti selera penguasa dan wakil rakyat. Selama prosesnya tidak melanggar hukum maka hal itu sah, tidak perlu diperdebatkan.

Soal negara saja saya mahfum bagimana pengelolaannya akan mengikuti selera yang berkuasa apalagi cuma soal perusahaan. Ganti direksi perusahaan biasanya akan diikuti oleh perubahan struktur organisasi perusahaan, dimana ini soal selera direksi yang berkuasa. Toh menurut direksi baru, perubahan ini diperlukan untuk menjadikan perusahaan lebih berdaya saing, dinamis, dan ujung-ujungnya labanya akan meningkat. Dan lagi-lagi soal selera ini tidak ada aturan yang mengikat dan dilanggar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline