Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Rasyid Ridha

Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Terbentuknya Peradaban Baru akibat Covid-19

Diperbarui: 14 April 2020   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sebuah peradaban atau tatanan baru sedang berjalan di segenap penjuru dunia. Tidak lain adalah virus Covid-19 yang hingga kini telah menginfeksi lebih dari 1,8 juta umat manusia di seluruh dunia sebagai pemicu dari perubahan yang begitu cepat di semua segi aktivitas rutin keseharian manusia.

Semua orang, sektor usaha, pelayanan pemerintahan, lembaga negara dipaksa untuk menyesuaikan aktivitas dan pola kerjanya dengan menjalankan pembatasan sosial (social distancing), mencegah kerumunan dan berkumpulnya orang dalam jumlah besar. 

Semua orang dari presiden, menteri hingga rakyat biasa sebisa mungkin berdiam di rumah, melaksanakan segala aktivitas dan kerja dari rumah (Work From Home/WFH), belajar dari rumah (Study From Home/SFH), guna memutus penyebaran Covid-19 ini. 

Hanya pekerja bagian operasional perusahaan, pelayanan pemerintahan,  yang tidak bisa dilakukan dari rumah dan menjamin keberlangsungan usaha atau pelayanan diwajibkan masuk, selebihnya beraktivitas dari rumah.

Pembelajaran siswa maupun perkuliahan dilakukan tanpa tatap muka secara fisik. Penggunaan teknologi, interet dan aplikasi pertemuan secara daring menjadi sangat masif untuk menunjang pembelajaran, perkuliahan, rapat.

Aplikasi seperti zoom, Skype, Google duo, Microsoft Teams, Cisco Webex, dan banyak lainnya menjadi sarana meeting dan pertukaran informasi yang banyak digunakan orang selama WFH dan SFH. 

Orang yang tadinya tidak terbiasa dengan belajar maupun rapat tanpa bertatap muka secara fisik dipaksa untuk bisa dan terbiasa dengan aktivitas secara daring menggunakan aplikasi yang bahkan tidak mereka ketahui sebelumnya.

Dokpri

Tahun lalu ketika serikat pekerja di perusahaan kami mengusulkan WFH minimal sebulan sekali dalam acara perundingan penyusunan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), wakil tim perunding dari pihak Manajemen Perusahaan tidak menyetujui usulan tersebut. 

Alasan penolakan terhadap usulan WFH pada saat itu dikarenakan sistemnya belum ada, belum dibuat dan masih perlu kajian. Tak disangka hanya beberapa bulan setelah perundingan tersebut, hingga hari ini kami telah menjalankan WFH selama lebih dari 15 hari dalam sebulan terakhir sebagai dampak Covid-19. 

Jumlahnya lebih banyak dari yang pernah serikat pekerja usulkan, yaitu sekali sebulan atau dua belas kali dalam setahun. Ternyata tidak butuh waktu lama juga bagi perusahaan untuk menyiapkan sistem WFH, harus dipaksa oleh situasi dan kondisi darurat terlebih dahulu.

Ternyata kondisi mendesak agar aktivitas dilakukan dari rumah bisa membuat orang berpikir kreatif dan membuat sistem dengan cepat untuk mendukung rencana besar pemerintah dalam berperang melawan pandemi Covid-19 ini. Semua yang tadinya dirasa tidak mungkin dilakukan dari rumah kini menjadi kenyataan yang sudah dijalankan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline