Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Rasyid Ridha

Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Prabowo Datang, Rizieq Pulang, dan Jokowi Senang

Diperbarui: 18 Oktober 2019   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: jabar.tribunnews.com

Safari Prabowo Subianto ke hampir semua Ketua Umum partai politik koalisi pendukung Joko Widodo menarik untuk dilihat. Ketua Umum Partai Gerindra ini begitu lincah beranjangsana ke Megawati (PDIP), Suharso Manoarfa (PPP), Surya Paloh (Nasdem), Muhaimin Iskandar (PKB), Airlangga Hartarto (Golkar). 

Kelincahan ini terlihat begitu berbeda, penuh dengan energi dan optimisme dibandingkan dengan pada saat Prabowo masih bertarung dengan Jokowi dalam pilpres kemarin.

Jargon persatuan dan kepentingan nasional harus dijaga serta ditempatkan diatas segalanya selalu dibawa Prabowo dalam setiap langkahnya menjalani zig zag politik ini. Publik pun tidak sukar untuk menebak jika sebenarnya langkah Prabowo bersafari adalah memuluskan Gerindra untuk bergabung dalam kabinet Jokowi periode 2019-2024. 

Sinyal bergabungnya Gerindra sudah sangat jelas tergambar ketika Prabowo bertemu dengan Jokowi di Istana Negara, Jumat 11 Oktober 2019. Namun demikian bergabungnya Gerindra ke dalam kabinet perlu mendapat restu dan dukungan dari parpol koalisi Jokowi.

Yang cukup menarik dengan langkah Prabowo saat ini adalah diamnya FPI (Front Pembela Islam) beserta PA 212. Padahal publik tahu jika FPI dan PA 212 adalah pendukung jangkar Prabowo dan Sandiaga Uno dalam Pipres yang dimenangi oleh Jokowi. 

Langkah Prabowo tidak ditentang dan dikritik, para petinggi FPI dan PA 212 memilih menahan diri untuk berkomentar dan cenderung diam. 

Padahal semua orang tahu, salah satu janji politik Prabowo jika memenangkan Pilpres adalah membawa pulang Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab.

Merapatnya Prabowo ke Jokowi apakah akan membawa kebaikan pada FPI, PA 212 ataukah sebaliknya? Jika dianggap membawa keburukan mengapa label "penghianat" tidak dilontarkan kepada Prabowo dengan langkah politiknya. Khalayak umum mengetahui FPI, PA 212 sudah lama berseberangan dengan Jokowi. 

Bahkan beberapa kejadian yang melibatkan unsur pemerintahan Jokowi dengan kedua organisasi ini sehingga muncul stigma jika Jokowi anti dan memusuhi ulama dan islam.

Jokowi sebagai presiden tentu ingin membersihkan stigma negatif yang tidak pro islam. Namun upaya menundukkan FPI dalam kerangka tersebut belum berhasil hingga kini. Keadaanlah pada akhirnya yang mempertemukan Jokowi dan Prabowo dalam suatu kesamaan kepentingan. 

Jokowi ingin agar pemerintahannya di edisi kedua didukung oleh segenap lapisan rakyat tanpa embel-embel bermusuhan dengan golongan/umat tertentu apalagi stigma anti ulama dan islam. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline