Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Rasyid Ridha

Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pulau Pari yang Melenakan

Diperbarui: 30 Maret 2018   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dokpri)

Waktu menunjukkan pukul 03.30 WIB ketika alarm berbunyi dan membangkitkan saya dari keterlaluan. Meskipun masih belum 100% terkumpul nyawanya, bergegas saya singkirkan selimut yang melekat dan berusaha untuk duduk. Jangan sampai tertidur kembali dan semuanya akan berantakan, begitu pikiran yang selalu melintas.

Seringkali suara alarm handphone membangunkan saya hanya untuk sekedar bangkit mematikannya kemudian melanjutkan tidur. Kali ini tidak boleh terjadi, semua harus on schedule.

Ya, hari ini, 30 Maret 2018 kebetulan libur panjang, dan kami berencana menghabiskan waktu di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Jadwal sudah disusun dua Minggu sebelumnya, dan travel sudah diberikan uang muka seminggu sebelumnya. Demi mengejar jadwal Speedboat pagi dari Pantai Marina Ancol, kedua anak kami pun dipaksa bangun lebih awal dan mandi pagi sebelum Subuh. Tepat pukul 05.00 WIB, semua persiapan telah beres, dan kami (saya, istri, Uno, Becca) bisa meninggalkan rumah dan berangkat menuju Ancol.

Mengingat libur panjang dan jalur yang kami ambil berlawanan dengan orang-orang yang mau menuju ke Jawa/Bandung, maka pagi tadi jalan tol sangat lancar dan lengang. Tak perlu terburu-buru dalam menyetir kaya Vin Diesel dalam fast & furious hanya untuk menuju Ancol. Sekitar pukul 06.30 sampailah kami di dermaga 17 Marina Ancol.

Segera saya hubungi crew travel yang bertugas dan mengabarkan kami telah sampai. Crew travel mengkonfirmasi kembali peserta tour yang akan ke pulau Pari dan saya jawab bahwa kami cuma berempat. Crew travel kemudian meminta kami menunggu untuk kemudian berangkat ke pulau Pari menggunakan Speedboat.

Pukul 07.15 WIB petugas dermaga 17 memanggil nama saya untuk memasuki Speedboat. Kamipun segera bergegas masuk sembari membawa dua tas ransel berisi pakaian dan perbekalan. Hanya menunggu sekitar 15 menit di dalam Speedboat hingga akhirnya kapal cepat tersebut berangkat. 

Berada di ruangan speedboat yang ber-AC rupanya cukup nyaman dan bisa menjadi obat mabuk laut. Speedboat yang membawa penumpang sekitar 50 orang melaju cepat membelah laut Jawa yang berombak tenang. Sekitar 50 menit waktu yang dibutuhkan ketika speedboat sampai dan bersandar di di dermaga pulau Pari.

Turun dari kapal cepat dan mendarat di  dermaga pulau Pari, kembali lagi saya menghubungi crew travel  yang standby di pulau Pari. Tak sampai 2 menit crew travel muncul dan mengantarkan kami ke sebuah homestay yang tepat berada di pinggir laut. Crew travel yang bernama Nendi kemudian mengantarkan dua buah sepeda untuk kami berkeliling pulau pari.

Setelah istirahat sejenak dan makan siang di homestay, kamipun kemudian bersepeda menuju pantai Perawan. Sebagai informasi makan siang terasa nikmat karena rasanya seperti makanan rumahan. Rupa-rupanya pariwisata pulau Pari dikelola oleh warga setempat, baik dari sarana prasarana, homestay dan makan.

Wisata menjadi industri yang bisa menghidupi warga pulau Pari, sehingga kesadaran warga akan kebersihan dan kenyamanan pengunjung sangat diperhatikan.

Sesampainya di pantai Perawan sekitar pukul 14.00 WIB, kamipun bermain dalam hamparan pasir putih, dengan warna laut biru kehijauan serta dibatasi pepohonan mangrove. Pantai ini memiliki tekstur yang landai dengan pasir putihnya yang cukup halus. Hampir tidak ada ombak di pantai Perawan ini sehingga sangat aman bagi anak-anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline