Lihat ke Halaman Asli

Royan Bayu

Mahasiswa Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Perjalanan Hidup Anak Bungsu

Diperbarui: 21 Mei 2023   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Saya ingin menceritakan sedikit perjalanan hidup saya sebagai anak bungsu di keluarga saya. Saya adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara. Saya hidup di keluarga yang cukup mampu dan terpandang di desa saya. Ayah saya seorang pengawas tk dan sd di dinas Pendidikan.

Dari kecil saya adalah anak yang bisa di bilang pintar dan aktif. Mulai dari taman kanak-kanak saya sudah aktif dan termasuk anak yang pintar. Setelah di taman kanak-kanak saya melanjutkan ke sekolah dasar, waktu itu saya belum genap berumur 7 tahun lebih tepatnya umur 6 tahun.

Waktu itu saya tidak mau di taman kanak-kanak terlalu lama karena teman-teman sudah mau melanjutkan ke sekolah dasar. Dan rata-rata umurnya sudah 7 tahun. Dengan hal itu orang tua saya memutuskan untuk memasukan saya ke sekolah dasar dengan umur saya yang baru 6 tahun.

Ketika awal-awal masuk sekolah dasar kondisi Kesehatan saya sedang tidak baik. Saya sering sakit dan tidak masuk sekolah. Sedikit menceritakan saya mempunyai penyakit asma. Penyakit ini saya dapat kan dari ayah saya yang juga mempunyai penyakit asma.

Meskipun kondisi saya sedang sakit ketika ujian. Saya tetap memaksakan untuk hadir tetapi ibu selalu mendampingi. Singkat cerita saya naik ke kelas 2 sekolah dasar. Di kelas 2 kondisi Kesehatan saya masih belum membaik dan asma saya masih sering kambuh.

Di kelas 2 saya menjalani hari-hari tidak seperti anak-anak lain disekolah saya selalu di damping oleh ibu. Dan setiap hari saya paksakan untuk masuk sekolah karena takut ketinggalan mata pelajaran. Stiap hari saya hanya bisa duduk melihat teman-teman lain bermain berlari-lari kesana kemari. Saya tidak bisa ikut lari-lari bermain karena setiap saya kecapekan dada saya sesak dan susah bernafas.

Hari-hari saya lalui dengan sedih tetapi orangtua saya selalu perduli dan mendampingi. Singkat cerita saya berhasil naik ke kelas 3 dan alhamdulillah nya kondisi Kesehatan saya sudah membaik. Meskipun asma saya masih kadang kadang kambuh tetapi sudah tidak se sering sebelumnya. Saya sekarang sudah bisa bermain dengan teman-teman lain.

Hari-hari saya lewat dengan penuh semngat diri saya serasa Kembali. Saya sudah tidak di damping oleh orang tua. Sekolah saya juga lancer dan saya lebih bisa focus ke pembelajaran. Ketika naik ke kelas empat nilai saya mengalami peningkatan dan saya mendapatkan peringkat 2 dalam ujian kenaikan kelas. Pada saat itu saya merasa sangat senang. Orang tua pun ikut senang melihat anaknya yang sudah sehat dan bangga atas hal itu.

Di kelas 4 saya menjadi anak yang aktif dan pintar, saya selalu mendengarkan guru ketika dia menyampaikan materi didalam kelas. Tetapi saya sering di kritik oleh teman, guru maupun orang tua karena tulisan saya jelek "koyok ceker pitik". Tetapi terlepas dari hal itu karena kefokus an saya dalam mendengarkan saya dapat memahami materi yang disampaikan.

Selain saya aktif di sekolahan, pada saat kelas 4 itu saya sudah mulai belajar beternak burung. Saya belajar beternak karenan saya sangat suka terhadap hewan. Saya minta di belikan burung kenari sepasang. Dan orang tua saya membelikannya. Bururng itu setiap hari saya rawat.

Tetapi tidak lama burung itu mati tidak tau karena apa tiba-tiba mati. Disitu saya sedih dan menangis. Tetapi orang tua saya bilang belum rejeki. Dan sejak kejadian itu saya malah tambah semangat dalam berlajar beternak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline