Lihat ke Halaman Asli

M Roem Ma ruf

Here come the sun, and i say "It's all right"

Roberto Baggio, Cinta dan Benci Untuknya

Diperbarui: 27 Mei 2021   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam partai Final Piala Dunia 1994,hampir tak ada pundit sepakbola dibelahan manapun di dunia ini yang percaya bahwa Roberto Baggio akan menjadi kambing hitam atas kekalahan Italia dari Brasil bersama mega bintangnya Romario dan Bebeto.

Menjadi pemain kunci sedari babak penyisihan sampai menjadi superhero ketika menyingkirkan tim kuda hitam,Bulgaria,disemifinal.Akhirnya 'The Divine Ponytail' merasakan betapa sakitnya tersingkir di babak 'tos-tosan' melalui titik putih. Baggio gagal !,tendangannya melayang diatas mistar gawang Claudio Taffarel.lalu,jadilah ia musuh dunia sepakbola.seolah semua pecinta bola mengutuknya ketika itu (kecuali fans Brazil tentunya). Begitu geramnya, (konon) Arrigo Sacchi bertahun-tahun lamanya menyimpan kejengkelannya terhadap Baggio.

Mengapa Baggio?

Sebenarnya drama di Pasadena tersebut menghadirkan pecundang lain,Franco Baresi. Nasib tendangan sang legenda tersebut sama dengan milik Baggio,melenceng. Lalu mengapa hanya Baggio yang menjadi musuh bersama? Jawabannya ada pada espektasi Sang Maestro,Arrigo Sacchi yang begitu berharap banyak pada kampiun pemain terbaik dunia versi FIFA 1993 begitu besar jika melihat performa sang pemain sebelum laga final,sekaliber Baggio rasanya tidak mungkin gagal soal tendangan 12 pas. Namun demikianlah,seperti istilah klasik : Bola itu bundar.

Baggio hanya tertunduk lesu,semua mata dan telunjuk mengarah padanya.bebannya mungkin malah lebih berat ketimbang Beckham setelah menjadi bulan-bulanan media inggris pasca insiden kartu merah '98,atau gigitan "Il Pistolero" suarez pada Chiellini pada gelaran Piala Dunia 2014. Rasanya tetiba kepahlawanan Baggio musnah.pemuda yang karenanya pernah membuat kota Firenze rusuh karena menangisi kepergiannya menuju pelukan La Veccia Signora,Juventus,seketika berubah menjadi 'durjana' sepakbola italia.

Hal ini diperparah dengan reuniannya kembali bersama Sacchi di A.C Milan.maka bisa ditebak,Baggio hanya menjadi penghangat bangku cadangan,padahal tidak ada yang bisa menyangkal kehebatan Baggio waktu itu.

Untuk menenangkan diri,ia berkelana.lalu menemukan ketenangan bathinnya dalam pelukan Budha.sejak saat itu,Baggio lebih kalem dan tenang baik didalam maupun luar lapangan,ciri khasnya dengan kunciran rambut bertambah dengan Ban Kapten identik Biru,Merah,Jingga (Bologna & Brescia).

4 tahun berlalu setelah tragedi pasadena. Giliran ayah Paolo Maldini yang menjadi Allenatore Pasukan Biru,warna kebesaran timnas Italia. Yah,Cesare Maldini kebingungan ketika sebagian besar publik negeri pizza mendesaknya untuk memboyong Roberto ke Prancis dalam gelaran Piala Dunia 1998. Maka tersingkirlah nama-nama beken lainnya untuk mengakomodir Baggio : Zola,Vialli. Hal ini dikarenakan cuma karena satu hal,demi melihat pujaan italia bermain : Roberto Baggio.

Hal itu tidak mengecewakan Cesare,Baggio menjadi penyelamat Italia di partai pembuka versus Chile dengan duet 'kembar'nya : Ivan Zamorano dan Marcelo Salas. 2 Gol salas hampir membinasakan asa Italia yang hanya bisa membalas lewat gol Vieri,maka majulah Baggio sebagai pahlawan. Bagaimana caranya? Melalui tendagan pinalti,skor berubah 2-2, hanya 5 menit sebelum pluit akhir berbunyi!!!

Di Coupe De Mundo 1998,italia tidak sesukses gelaran sebelumnya.sepulangnya dari Prancis,Baggio tetap menuai pujian dalam penampilannya,Bahkan La Beneamata,Inter Milan meminangnya dari Bologna,oleh karenanya musim tersebut inter digelari sebagai 'Tim Agung' Serie A musim tersebut. Yah semuanya karna seorang Roberto 'The Divine Ponytail' Baggio.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline