Lihat ke Halaman Asli

Catatan Akhir Tahun 2020: Belajar dari Pandemi Covid-19, Kembali Menjadi Manusia

Diperbarui: 28 Desember 2020   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

renklikadinlar.com

Gerimis terus-terusan menjelang ganti tahun 2019 ke 2020, karena rintik air tak henti maka ku hampiri penjual jas hujan, ku keluarkan uang sepuluh ribu rupiah dan benar saja, jam 11 bundaran HI mulai tergenang setinggi sol sepatu, Anies datang mengucapkan ucapan tahun baru 2020 dihadapan massa yang masih bertahan sampai pukul 01 dini hari. 

Aku sampai di rumah jam 03 menjelang subuh, turun dari halte pos pengumben, arus air menyeretku, kalau tak ada pagar besi mungkin saja aku terbawa arus air ke kali dan gorong yg sudah membludak air, rupanya itulah awal banjir di tahun baru, banyak mal tenggelam, bahkan tutup sampai sebulan lebih. 

Jakarta berangsur-angsur pulih setelah masuk februari 2020, bak keluar dari mulut macan masuk ke mulut buaya, wabah korona datang meluluhlantakan ekonomi, sosial, budaya bahkan sampai peribadatan, saat itu kita masih gamang dalam menghadapi situasi yang benar-benar belum pernah di alami, semua benar-benar gagap maka mestinya kita semua bisa memakluminya, tapi polarisasi di masyarakat membuat kita semua saling menyalahkan, tak jarang opini-opini dan komentar tokoh bukan membawa ketenangan malah jadi kegaduhan yang semakin ruwet dan mencemaskan. 

Di kanan kiri kita menyaksikan beberapa keluarga sulit mencari penghasilan, bisnis melambat disusul dengan kesulitan pasokan masker dan handsanitezer sebagai protokol kesehatan dari terjangan virus yang mengancam kapan saja. 

Mulailah kita semua masuk pada pembatasan sosial semacam semi lockdown, kerja dari rumah, ibadah juga dari rumah, angkutan umum dibatasi, ekonomi seperti berhenti, event dan acara yang kerap ku hadari di pose pon, orang tua mulai kelimpungan karena anaknya sekolah dari rumah, lalu semua beradaftasi dengan belajar jarak jauh karena sekolah mulai di tutup dari kegiatan belajar mengajar, para guru menyiasatinya dengan  hal-hal baru, 

mereka mulai membiasakan segalanya dengan pendidikan yang serba digital, tibalah kita sampai pada kesimpulan bahwa selama ini kita kurang memaksimalkan pendidikan jarak jauh yang sedari dulu infrastrukturnya cukup tersedia terutama di kota-kota besar, masalah mulai muncul di daerah-daerah yang belum tersedia jaringan internet yang mumpuni, 

belum lagi masalah ketersediaan gadget bagi orang tua yang tidak memiliki perangkat tersebut, alhasil pendidikan jadi tidak merata, ancaman kehilangan generasi yang cerdas di tengah berkah bonus demografi menjadi masalah yang cukup serius, banyak dari kita melupakan pendidikan dari rumah adalah hal krusial sementara langkah untuk  pemerataan pendidikan masih timpang. Terlepas dari masalah tersebut tugas tenaga pendidikanlah memberi masukan dan jalan keluar dari permasalahan pendidikan agar berkah bonus demografi dapat maksimal dan menjadi sumbangan untuk pembangunan sumber daya manusia yang unggul menuju generasi emas Indonesia 2045.

Pagi itu langit jernih jelang sehari Ramadhan datang, mesjid-mesjid tak semeriah tahun-tahun sebelumnya, shaf di beri tanda cross sebagai tanda jaga jarak, jumatan di tiadakan, buka puasa bersama tak terselenggara, meskipun taraweh tetap ada, jumlahnya dibatasi, bawa sajadah sendiri dan tak lupa pakai masker, inilah suasana yang belum pernah dilihat sebelumnya, sebagian rutinitas ramadhan benar-benar dilakukan di rumah saja, sampai lebaran datang, silaturahim juga tak biasa, semua menjaga jarak dan menjaga diri, semua dilalui dengan adaftasi kebiasaan baru hal tersebut mulai menjadi hal wajar, pelajaran berharga untuk kita yang terbiasa komunal dan guyub. 

Hampir setahun kita semua di karantina, pelanggaran kerumunan masih saja ada, apalagi agenda pilkada serentak harus tetap berjalan, demonstrasi besar juga warnai suntuknya masa karantina, demo bersekala besar seperti penolakan RUU HIP dan omnibuslaw sempat buat kecemasan akan meledaknya jumlah orang-orang positif covid19, dari pristiwa tersebut banyak demonstran yang ditangkap karena anarkis dan mulai terjadi pembakaran halte transjakarta, 

puncaknya massa besar ditandai dengan penyambutan kepulangan Rizieq shihab, ia dijemput oleh massa yang membeludak, sempat memacetkan aktifitas di bandara, kerugian atas penjemputan itu tak sedikit, sampai-sampai berimbas dipecatnya dua kapolda dan pemanggilan dua gubernur, seakan di atas angin Rizieq nekat dan menantang dengan modal dukungan simpatisan fanatiknya ia santai menyelenggarakan Maulid dan resefsi pernikahan putrinya, 

ia juga mencibir aparat pada pidato nya di perayaan maulid tersebut, dengan itu akhirnya ia tersandung kasus hukum pasal penghasutan, polisi layangkan surat panggilan, saat polisi serahkan surat pemanggilan ke petamburan, polisi dihadang laskar dengan cemooh dan nada pengusiran, polisi layangkan panggilan kedua, rizieq masih belum juga penuhi panggilan, sampailah pada pristiwa penembakan enam laskar FPI yang sampai saat ini masih kontroversial, smua pihak punya versinya masing-masing. akhirnya rizieq menyerahkan diri untuk di periksa, 10 jam diperiksa lalu rizieq di tahan, ia keluar dengan baju tahanan orange dan tangan di borgol rizieq ditahan sampa 20 hari kedepan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline