Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Rizqullah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Jakarta

Pengaruh Jendal A.H Nasution terhadap Penumpasan PKI di Indonesia

Diperbarui: 8 Juli 2024   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abdul Haris Nasution adalah seorang tokoh yang sangat penting baik di era orde lama maupun orde baru. A.H. Nasution memainkan peran penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Ia berasal dari keluarga non-militer dan tumbuh menjadi pemimpin militer yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan Belanda. Dalam karirnya yang cemerlang, dia mengembangkan gagasan strategis "Dwifungsi ABRI" dan menduduki jabatan penting di militer. Perannya yang signifikan ditunjukkan dengan peranannya dalam menghadapi peristiwa G30S/PKI, mendukung peralihan kekuasaan melalui Supersemar, dan keputusannya untuk tidak berpartisipasi dalam jabatan presiden. Meskipun Nasution kehilangan otoritas, pengaruhnya masih terlihat dalam sejarah politik dan militer Indonesia.

Banyak orang melihat Nasution sebagai contoh pemimpin. Karena dia berhasil memimpin TNI AD dengan baik, dia menjadi bagian penting dari perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Perjalanan militer Nasution, dari awalnya sebagai seorang guru hingga panglima besar, menandai peran pentingnya dalam membangun pertahanan dan keamanan negara. Peran Nasution melebihi perjuangan kemerdekaan. Kehadirannya masih sangat penting di era Orde Baru. Nasution adalah salah satu jenderal yang berhasil selamat dari penculikan karena terlibat dalam peristiwa G30S/PKI. Perbedaan pendekatan dengan Presiden Soekarno dalam menanggapi peristiwa tersebut menandai puncak pertentangan di antara keduanya.

Di saat momen penting itu, Nasution mengambil langkah strategis untuk menumpas G30S/PKI, menunjukkan komitmennya untuk menjaga stabilitas dan keamanan negara. Kiprahnya mengubah politik dan masyarakat Indonesia pada masa itu

Gerakan 30 September (G30S) adalah kudeta yang terjadi selama satu malam pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965, yang mengakibatkan kematian enam jenderal dan satu perwira pertama militer Indonesia. Jenazah mereka dimasukkan ke dalam lubang sumur tua di area Lubang Buaya, Jakarta Timur. Peristiwa ini disebut dengan berbagai cara: Presiden Soekarno menyebutnya GESTOK (Gerakan Satu Oktober), Presiden Soeharto menyebutnya GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh), dan pada Orde Baru, Presiden Soeharto mengubahnya menjadi G30S/PKI (Gerakan 30 September PKI) karena tudingan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Yogyakarta dan Jakarta memiliki korban kekejaman tragedi ini. Katamso Darmokusumo dan Sugiyono Mangunwiyoto adalah salah satu korban kejahatan tragedi ini di Yogyakarta.

Terlepas dari itu semua, Nasution mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI) setelah peristiwa G30S/PKI. Berikut adalah beberapa pengaruh Nasution terhadap penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI):

Kepemimpinan Militer

Menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan serta Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Nasution memainkan peran penting dalam mengembangkan dan memimpin strategi militer untuk menumpas PKI. Di bawah kepemimpinannya, dia membantu mengatur operasi militer yang bertujuan untuk menangkap dan menghancurkan anggota PKI yang diduga terlibat dalam kudeta.

Pengaruh dalam keputusan politik

Sebagai seorang jenderal yang dihormati, Nasution sangat memengaruhi keputusan politik yang dibuat pada saat itu. Ia mendukung Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan dari Presiden Soekarno dan melakukan tindakan keras terhadap PKI setelah peristiwa G-30 S-PKI. Keputusan untuk membubarkan PKI dan larangan ideologi komunis di Indonesia didukung oleh Nasution, yang meletakkan dasar untuk tindakan keras terhadap mereka yang mendukung PKI.

Peran dalam operasi militer

Nasution terlibat langsung dalam berbagai operasi militer yang bertujuan untuk menghancurkan PKI. Meskipun ia sendiri menjadi korban kudeta G-30 S-PKI, dengan putrinya Ade Irma Suryani Nasution menjadi salah satu korbannya, Nasution tetap berperan aktif dalam operasi-operasi berikutnya yang bertujuan untuk menghancurkan PKI di berbagai wilayah di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline