Lihat ke Halaman Asli

Di Balik Lezatnya Jajanan Tradisional, Ternyata Terdapat Filosofi yang Mendalam

Diperbarui: 29 Juni 2021   01:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aneka ragam jajanan tradisional

Tak terasa Idul Fitri sudah lama berlalu. Rasanya ingin sekali kembali dimana kita berkumpul bersama keluarga dan dipenuhi oleh rasa haru bercampur senang tak terkecuali dengan anak-anak yang tersenyum riang gembira karena mendapat uang dari hasil salam-salaman. Makanan yang tersaji saat lebaran Idul Fitri mulai dari ketupat, lontong, lemper dan sebagainya menjadi santapan wajib saat lebaran. Hal tersebut membuat kita rindu akan suasana lebaran. Dibalik lezatnya makanan khas lebaran ternyata setiap makanan tersebut memiliki makna yang mendalam.

Salah satu dari kita mungkin belum tau jika makanan yang di sediakan saat lebaran ternyata memiliki filosofi yang mendalam disetiap jenis makanan tersebut. Jika anda belum tahu apa filosofi yang terkandung didalam makanan tersebut, simak ulasan berikut ini.

1.Lontong "Olo e Dadi Kotong"

Menurut kepercayaan orang jawa Lontong memiliki filosofi "olo e dadi kotong" yang memiliki makna hal buruk sudah tidak ada/menghilang. Di saat bulan Ramadhan, hal ini sangat berkaitan dengan makna dari Lontong itu sendiri. Sebagai umat Muslim kita semua tahu bahwa, selama bulan suci Ramadhan dosa-dosa kita mendapat ampunan dari Allah SWT demi menuju kemenangan yaitu hari yang fitri.

Lontong terbuat dari beras yang dibungkus oleh daun pusang dan direbus. Lontong ini sudah ada sejak jaman dahulu dan biasanya disajikan dengan bakso, sate, rujak dan lain sebagainya. Namun, tidak menutup kemungkinan jika kita ingin menyantapnya dan tidak harus menunggu waktu lebaran. Hanya saja makna dari Lontong tersebut menjadi pengingat yang baik agar kita selalu melakukan hal baik.

2.Lepet "Elek e Disimpen Sing Rapet"

Jajanan tradisional ini sering dijumpai saat lebaran dan mudah ditemukan di warung tradisional dan di pasar. Jajan ini pada dasarnya terbuat dari beras ketan yang bagian dalamnya berisi kacang merah dan dibungkus dengan daun pisang maupun janur yang masih muda. Tidak berbeda jauh dari lontong, lepet ini juga memiliki filosofinya sendiri yaitu "elek e disimpen sing rapet" yang berarti kejelekan pada diri sendiri disimpan rapat-rapat.

Kejelekan disini berati aib kita yang tidak perlu kita perlihatkan kepada orang-orang. Namun, berbeda dengan halnya dizaman moderen ini. Orang-orang justru malah mengumbar aibnya mereka sendiri dan merasa bangga dengan aibnya. Tanpa kita sadari, saat kita menyantap lepet dengan kacang yang lembut, secara tidak langsung lepet mengingatkan hal tersebut untuk kita renungi dalam menjaga aib yang kita miliki.

3.Lemper "Yen Dilem Atimu Ojo Memper"

Didalam acara-acara besar seperti resepsi nikah, khitanan, pengajian jajanan lemper ini menjadi andalan yang tidak boleh terlewatkan. Rasa dari lemper ini sungguh nikmat yang terbuat dari beras ketan, tak terlebih lagi yang memiliki beberapa macam isian, mulai dari suwiran aram yang dirica sampai abon sapi. Seperti makanan tradisional lainya pada umumnya, lemper juga disajikan dengan daun pisang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline