Lihat ke Halaman Asli

M RizqiPermana

Mahasiswa Jurusan Kimia-UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Awas! Dioksin Mengintai Kita dan Keluarga

Diperbarui: 15 Mei 2024   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Times of India 

Di Indonesia penggunaan plastik sebagai wadah masih marak digunakan. Plastik merupakan salah satu material yang sulit terurai secara alami. Karena dalam plastik mengandung bahan polimer sintetik yang senyawa dan strukturnya tidak dikenali oleh mikroorganisme baik yang ada di tanah maupun perairan. Jadi mikroorganisme kesulitan mengurai plastik karena tidak memiliki enzim yang cocok untuk mengurainya. Selain itu, plastik juga mengandung berbagai bahan kimia beracun, seperti dioksin. Pemusnahan limbah plastik yang dilakukan oleh masyarakat biasanya dengan cara dibakar. Padahal pembakaran plastik dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan mahluk hidup. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?

Ketika kita membakar plastik, dioksin akan terbentuk karena senyawa ini  berasal dari proses sintesis kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan unsur halogen pada temperatur tinggi. Dioksin berasal dari pembakaran limbah rumah tangga maupun industri yang mengandung senyawa klor seperti industri kimia, pestisida, plastik, dan pulp kertas. Pembakaran karbon yang tidak sempurna menghasilkan karbon monoksida dan hidrokarbon yang teroksidasi sebagian. Adanya suhu tinggi menyebabkan sebagian kecil nitrogen akan teroksidasi menjadi nitrat oksidan dan nitrat dioksida. Adanya sulfur dalam bahan bakar atau limbah akan teroksidasi menjadi sulfur dioksida dan sulfur trioksida yang akan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat. Apabila limbah atau bahan bakar mengandung halogen seperti klorin dan fluorin, dapat terjadi pembentukan dioksin dari reaksi senyawa-senyawa yang telah disebutkan sebelumnya dengan air dan oksigen pada suhu 250 °C – 400 °C yang disebut sebagai de novo synthesis.

Dioksin terkumpul di atmosfer sebagai aerosol partikulat. Senyawa ini tidak berbau dan dalam bentuk padatan berupa kristal tak berwarna yang terkumpul dalam tanah dan sedimen. Bersifat stabil dan lipofilik, sehingga dengan mudah terakumulasi pada hewan-hewan yang mempunyai lapisan lemak pada tubuhnya dan sukar untuk dimusnahkan.  Selain di dalam tanah dioksin juga dapat berada di perairan karena adanya jalur air di dalam tanah. Sehingga ikan di perairan juga dapat mengandung dioksin. Menurut berbagai literatur disebutkan paparan dioksin pada manusia berasal dari makanan yang terkontaminasi yang bersumber dari hewan berlemak tinggi seperti telur, produk susu, lemak hewani, dan ikan. Padahal sedikit dioksin saja yang masuk ke dalam tubuh (part per trillion) sudah dapat menimbulkan efek toksiksitas yang berbahaya. Menurut WHO, kadar normal dioksin yang dapat ditoleransi oleh tubuh manusia adalah 10 pg/kg berat tubuh.

Adapun beberapa dampak dari paparan dioksin sebagai berikut.

1. Dampak Terhadap Kesehatan Manusia

  • Kanker: Dioksin diklasifikasikan sebagai karsinogen manusia oleh International Agency for Research on Cancer (IARC). Paparan jangka panjang terhadap dioksin dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker hati, paru-paru, dan limfoma.
  • Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh: Dioksin dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
  • Gangguan Sistem Reproduksi dan Perkembangan: Paparan dioksin dapat mengganggu sistem reproduksi dan perkembangan. Pada wanita, dioksin dapat menyebabkan masalah kesuburan, endometriosis, dan gangguan menstruasi. Pada pria, dioksin dapat menurunkan jumlah sperma dan kualitas sperma.
  • Gangguan Endokrin: Dioksin dapat mengganggu sistem endokrin, yang mengatur hormon dalam tubuh. Ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan metabolisme, diabetes, dan gangguan tiroid.
  • Kerusakan Kulit: Paparan dioksin akut dapat menyebabkan klorakne, yaitu kondisi kulit yang ditandai dengan lesi dan jerawat parah.
  • Efek Toksik Jangka Pendek: Paparan akut dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, sakit kepala, dan kelelahan.

2. Dampak Terhadap Lingkungan

  • Bioakumulasi: Dioksin cenderung terakumulasi dalam rantai makanan, terutama dalam jaringan lemak hewan. Ini dapat menyebabkan konsentrasi dioksin yang tinggi dalam predator puncak, termasuk manusia.
  • Persistensi: Dioksin sangat stabil dan dapat bertahan di lingkungan selama bertahun-tahun, sehingga dampaknya dapat berlanjut lama setelah sumber polusi dihentikan.
  • Kerusakan Ekosistem: Dioksin dapat merusak berbagai ekosistem, termasuk perairan dan tanah. Ini dapat mempengaruhi populasi hewan dan tumbuhan, serta mengganggu keseimbangan ekosistem.

Upaya Penanggulangan

  • Regulasi dan Pengendalian Emisi: Banyak negara memiliki regulasi ketat untuk mengendalikan emisi dioksin dari industri dan pembakaran sampah.
  • Pemantauan Lingkungan: Pemantauan rutin terhadap tingkat dioksin di udara, air, dan tanah dapat membantu mengidentifikasi sumber polusi dan mengimplementasikan tindakan pencegahan yang tepat.
  • Edukasi Publik: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya dioksin dan cara menghindari paparan dapat membantu mengurangi risiko kesehatan.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline