Lihat ke Halaman Asli

Agama yang Dikenal sebagai Ji Kauw

Diperbarui: 25 Maret 2022   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Agama yang dikenal sebagai Ji Kauw

Indonesia memiliki banyak keragaman, seperti berbagai suku, ras, bahasa, budaya dan agama. Ada 6 agama di Indonesia.Dari sekian banyak agama yang ada di Indonesia, kita perlu menunjukkan toleransi kepada sesama pemeluk agama di Indonesia. Toleransi juga mengajarkan kita apa itu damai. Toleransi beragama merupakan sikap menghargai dan menghargai diri sendiri terhadap pemeluk agama yang berbeda.

Agama Khonghucu, tepatnya disebut Ru Jiao, 2000 tahun yang lalu, nabi Konfusianisme lahir. Raja dan rakyat harus melakukan ritual keagamaan dan menjaga moral seperti yang diajarkan oleh raja yang mulia. Nabi Konfusianisme lahir pada tahun 551 SM. Tuhan mengutus dia untuk mengatur kembali ritual keagamaan Konfusianisme untuk mengajar raja dan orang-orang Cina tentang spiritualitas dan moralitas, sehingga orang-orang Cina dapat menjalani kehidupan yang lebih sejahtera dan damai. Terjadi perpecahan di China saat itu, dan negara China menjadi kacau balau. Kepala daerah ingin menjadi raja, dan mereka saling berebut wilayah. Era itu disebut Periode Musim Semi dan Musim Gugur (Spring and Autumn Period).

Kali ini akan membahas tentang agama Khonghucu. Dalam bahasa tionghoa, agama khonghucu sering kali disebut juga Kongjiao atau Rujiao. Konghucu merupakan agama yang berasal dari orang orang Tionghoa yang berdatangan ke Indonesia. Awalnya agama khonghucu ini dianut oleh kerajaan saja. Mereka mempunyai Tuhan yang bernama Tian atau Tian Kong, Tian Gong, Huang Tian. Mereka juga punya nabi yaitu nabi Kong Zi atau Nabi Khonghucu atau Kong Fu Tze. Agama khonghucu sangat khas dengan warna merah di setiap bendanya, seperti baju waktu imlek, ornamen ornamen di kelenteng, dan lain lain. Barongsai adalah salah satu keseniannya dari agama khonghucu. Agama ini juga memiliki rohaniwan seperti pemuka agama yaitu ada empat : Jiao Sheng atau penyebar agama seperti pendakwah pada islam, Wenshi atau guru agama, Xueshi atau semacam pendeta, dan Zhang Lao semacam tokoh agama atau sesepuh. Khonghucu mempunyai tempat ibadah yang dinamakan Kelenteng, atau juga bisa disebut Bio / Miao, ada juga tempat ibadah lain yang bernama Litang atau gerbang kebajikan. Ada beberapa hari hari raya keagamaan khonghucu yaitu diantaranya ada hari raya imlek, hari lahir khonghucu, hari wafat khonghucu, hari genta rohani, chingming, qing di gong, dan sebagainya. Mereka mempunyai kitab suci yang berbeda beda diantaranya Wu Jing dan Si Shu.

pada zaman Orde Baru

Di era orde baru, pemerintahan Suharto melarang segala aktivitas yang berhubungan dengan budaya dan tradisi Tionghoa di Indonesia. Hal ini mengakibatkan banyak pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari 5 agama yang diakui. Untuk menghindari masalah politik (diduga sebagai ateis dan komunis), pemeluk agama ini harus memeluk agama yang diterima, kebanyakan dari mereka Buddha, Muslim, Katolik atau Kristen. Kuil, tempat pemujaan bagi kepercayaan tradisional Tiongkok, juga terpaksa mengubah namanya, menyembunyikan dirinya sebagai kuil Buddha.

pada zaman Orde Reformasi 

Mengikuti orde baru, penganut kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mendapatkan kembali identitasnya sejak kepemimpinan Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), melalui UU No. 1/Pn.Ps/1965, menyatakan bahwa agama-agama dengan jumlah pemeluk yang banyak di Indonesia antara lain Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Pada akhir 2007, dikeluarkan lah Peraturan Pemerintah No.55 tahun 20017 tentang pendidikan agama yang diterbitkan. Sehingga, Agama Khonghucu mendapatkan tempat di bidang pendidikan. Meskipun jumlah pemeluk dari Agama Konghucu ini sedikit, namun ajaran-ajaran Konfusianisme menunjukkan jati diri orang Tionghoa yang berbudaya khas dan memperkaya kebudayaan Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.

Kelenteng adalah salah satu tempat untuk ibadah para umat Khonghucu. Seperti contohnya Kelenteng Eng An Kiong di Kota Malang. Terletak di jalan Laksamana Martadinata No. 1, Kotalama, Kedungkandang, Kota Malang. Katanya kelenteng ini sudah berusia 190 tahun lebih lamanya. Dibangun pada tahun 1825 atas prakarsa Liutenant Kwee Sam Hway. Dia merupakan keturunan ke 7 dari seorang jenderal pada dinasti Ming di Tiongok. Bangunan ini memiliki luas sekitar 5000 meter persegi dan memiliki 99 kiem siem atau rupang (patung dewa -- dewi) di seluruh ruangannya. Arsitekturnya seperti bangunan di Tiongkok persis, dengan ornamen naga naga nya, warna merah menyala nya, lukisan lukisannya dan lain lain. Lukisan yang memiliki nilai seni tinggi dan makna yang sangat mendalam juga terdapat di beberapa sisi bangunannya. Seperti yang dibilang tadi kelenteng ini bukan hanya milik umat khonghucu saja, melainkan kelenteng ini disebut sebagai kelenteng Tri Dharma, yang artinya tempat ibadah umat 3 agama. 3 agama tersebut yaitu penganut agama Khonghucu sendiri, Tao, dan Sikh atau Buddha. Bangunan kelenteng Eng An Kiong memiliki arsitektur gabungan dari Tiongkok dan Eropa, tetapi sekitar 80 persen didominasi oleh bangunan khas tiongkok. Ciri khasnya adalah cat wana merah dan kuning keemasan, dikatakan merah yang melambangkan makna kehidupan, sedangkan warna kuning melambangkan makna keagungan. Nama kelenteng ini sendiri juga memiliki makna yaitu Eng An Kiong yang berarti Istana Keselamatan yang Abadi. Nama tersebut dari bahasa tiongkok, Eng berarti Abadi, An berarti keselamatan, dan Kiong bermakna Istana.

Agama Konghucu mengajarkan orang bagaimana berperilaku dalam kehidupan sehari-hari dan berbagai aturan terkait pemerintah berdasarkan keadilan, kebajikan, kehormatan, ketulusan, dan kebijaksanaan. Nah, salah satu penerapan nilai yang dianggap penting dalam agama ini adalah nilai kekeluargaan. Anak-anak akan diajarkan bagaimana menghormati orang tua mereka dan melakukan semua yang diperintahkan. Ketika anak-anak masih sangat kecil, mereka belajar dari perilaku dan kepercayaan orang tua mereka dan orang lain di sekitar mereka, termasuk pengasuh dan kakek-nenek. Untuk mencegah anak dari segala macam pikiran buruk dan mendidik mereka menjadi orang baik, orang tua perlu meninggalkan perilaku kekanak-kanakan dan tidak boleh memaksakan semua pendapat pada anak.Anak-anak akan diajarkan bagaimana cara menghormati kedua orangtua dan menjalankan semua yang diperintahkan kepadanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline