Lihat ke Halaman Asli

M. Ridwan Umar

Belajar Merenung

BJ Habibie: Antara Cinta, Teknologi, dan Kemandirian Negeri

Diperbarui: 16 September 2019   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunnews.com

Duka mendalam dirasakan seluruh warga negeri ini. Mantan Presiden Ke-3 RI, Prof. DR. IG. Burhanuddin Jusoef Habibie meninggal dunia. Innalillahi wainna ilaihi raji'un. Semua manusia pasti kembali kepada Pencipta-Nya.

Siapa yang tak kenal sosok legendaris BJ Habibie?

Beliau tidak hanya dikenal di dalam negeri. Warga dunia pun tidak asing dengan dirinya. Silahkan ketik kata Habibie Factor atau Habibie Theorem, maka dengan mudah kita akan menemukan fakta bahwa BJ Habibie telah memberikan kontribusi yang besar dalam bidang kedirgantaraan dunia.

Secara ringkas, Factor Habibie menjelaskan bagaimana sebuah komposisi bahan pembuatan pesawat yang efisien, hemat bahan bakar dan tentunya aman. Soalnya, sebelum, tahun 60-an, para ahli pesawat dunia dipusingkan dengan fenomena keretakan badan pesawat yang lebih cepat dari waktunya. Fenomena ini menjadi misteri karena keretakan ini telah merengut banyak korban, sangat membahayakan.

Nah, Habibie berhasil menemukan teori bagaimana keretakan ini dapat dihindari. Luar biasa bukan?

Dengan komposisi tertentu dan perhitungan yang luar biasa, Habibie memberikan jalan keluar bagaimana keretakan ini dapat dihindari  bahkan memberikan nilai tambah bagi pesawat berupa efisiensi dan penghematan bahan bakar. Singkatnya begitu.

Factor Habibie memuat dunia tertegun. Kendati ada yang menyatakan bahwa sebelum Habibie, ada juga ahli yang mewacanakan hal ini, namun saya kira, di tangan Habibie-lah masalah ini selesai.

Ia bahkan sampai memberikan kalkulasi detail sampai ke tingkat atom. Temuannya menjadi berita gembira bagi industri penerbangan dunia. Tak heran, jika perusahaan penerbangan seperti Boeing dan Airbus berupaya meminang Habibie. Beliau diberi gelar "Mr Crack" atau Ahli Retakan. Bagi mereka, Habibie adalah aset mahal dunia. Mereka paham ia begitu berharga. Airbus dan Boeing pun melamarnya untuk posisi prestisius.

Namun, Habibie muda menolak tawaran Boeing dan Airbus. Beliau memilih sebuah perusahaan di Jerman. Hingga, pada tahun 1974, karena kecintaannya pada negara ia memutuskan pulang ke Indonesia. Beliau menerima tawaran Presiden Soeharto untuk membangun industri dirgantara nasional. Mewujudkan mimpi negeri mandiri Indonesia di angkasa.

Silahkan googling kata PT Nurtanio, IPDN atau PD DI, maka cerita tentang Habibie ini akan terlihat jelas di sana.

Kecintaannya kepada bangsa ini tak diragukan. Ia rela melepaskan jabatan bergengsi dan mahal di luar negeri justru untuk membangun industri dirgantara nasional yang harus dimulai dari nol. Risiko gagal sangat besar. Lagipula, Indonesia dan Jerman tentu berbeda. Jangankan untuk mengembangkan pesawat, menata pertanian saja masih sulit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline