Lihat ke Halaman Asli

Suasana Musdes Sendangagung di Era UU Desa

Diperbarui: 25 November 2017   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekira pukul 21.00 hape saya berdering, sebuah panggilan masuk. Dilayar hape muncul nama penelpon, pak Slamet Sendangagung, salah satu perangkat desa Sendangagung.

Perlu diketahui, Sendangagung adalah desa yang terpilih versi Pendamping Desa Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur, sebagai desa terbaik se-Kecamatan Paciran Tahun 2017. Penentuan ini diambil dari beberapa indikator, antara lain partisipasi masyarakat desa, manajerial kepala desa yang baik, dan berfungsinya perangkat desa sesuai tupoksi. Untuk indikator yang terakhir, memang, perangkat Desa Sendangagung, secara pendidikan cukup baik, semuanya lulusan S1. 

Kemudian saya angkat. "Assalamualaikum.. Mas, ngapunten nembe menghubungi. Sakniki repot ta? Menawi mboten repot monggo rawuh teng Cafe Jandom. Wonten rapat BUMDesa." Dalam telfon saya jawab. "Oh geh, pak. Ketepatan nembe nyantai niki teng griyo. Geh, insya Alloh kulo mriku." "Gehmpun, mas dipun entosi, assalamualaikum..." Tentu saja saya jawab, "waalaikumsalam..." Kemudian telpon terputus.

Karena posisi telpon tadi sambil duduk ngleyek santai, mbloder gak pakai baju, saya tidak langsung beranjak bangkit. Tapi sebaliknya, saya rebahkan badan saya ke lantai, diam sejenak, guna memunculkan mood untuk menghadiri undangan telpon tadi. Maklum, saat itu saya rencana nyantai di rumah sampai nanti pukul 22.00, menghadiri undangan teman, biasa, ngopi. 

Setelah cukup rebahan, saya bangkit mengambil baju kemudian mengenakannya. Ambil kopyah, berangkat menuju sendang. 

Tidak sampai 15 menit, saya sampai di desa Sendang. 

Terlihat forum sudah berlangsung dengan khusuk. Peserta begitu antusias mengikuti. Sampai kemudian sampai pada sesi dialog. Peserta yang terdiri pemuda, warga dan tokoh masyarakat desa Sendang tersebut, satu di antara mereka ada yang angkat tangan, usul. 

Usul tersebut ternyata relatif menarik. Sehingga memancing perhatian dari peserta forum yang lain. Apakah usulnya itu?

Suasana Cafe Jandon, tempat rapat digelar, terlihat sepi dari pengunjung, tidak seperti malam biasanya. Mungkin Cafe Jandon sedang tidak menerima pelanggan sebab dipkai musyawarah tersebut, diboking. 

Cafe Jandon adalah satu dari 5 jenis unit usaha BUMDesa Sendang. Cafe yang berlokasi di sebuah bekas sendang atau danau yang mengering terkesan unik. Karena bekas danau, untuk masuk, pelanggan akan menurun ke bawah. 

Cafe ini sepenuhnya dikelola oleh beberapa anak muda desa Sendang yang menjadi pengurus BUMDesa. Dari desain tempat, cukup dibilang kekinian. Terlihat di sisi dinding yang kosong dikasih gambar sebagaimana gambar jalnan. Paduan  bangunan berbahan bambu dengan penataan pencahayaannya semakin menambah kesan artistiknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline