LRT (Light Rail Transit) atau biasa dikenal juga dengan kereta acpi ringan merupakan salah satu kereta yang ada di perkotaan yang mana kereta ini memiliki kontruksi ringan. Dua negara tetangga kita Singapura dan Kuala Lumpur sudah sejak lama memiliki moda transportasi yang bisa dibilang keren ini.
Untuk Indonesia, LRT sendiri rencananya akan dibangun di dua kota besar yakni Jakarta dan Palembang. Kedua kota ini dibangun karena ditargetkan akan menjadi salah satu moda transportasi yang turut mensukseskan Asian Game 2018. Namun sepertinya yang bisa beroprasi baru LRT yang ada di Palembang karena pembangunanya sudah 95%.
Palembang yang menjadi kota pertama ada LRT ini tentu saja memiliki kebangaan sendiri dan tentunya masyarakat memiliki antusias yang tinggi untuk mencoba LRT ini bersama keluarga.
Yang perlu digaris bawahi adalah LRT Palembang ini adalah produk kebangaan dalam negeri. Namun yang menjadi kendala saat ini adalah kereta LRT tersebut sudah 3 kali mogok dan menjadi perbincangan masyarakat luas.
Siapa yang harus bertanggung jawab dalam kejadian tersebut? Bagi masyarakat yang awam tentunya dapat dengan mudah menyalahkan PT. KAI (Persero) namun jika kita lihat semuanya tentunya kita semua pasti tau siapa yang bertanggung jawab.
PT. KAI (Persero) hanya menjadi operator keretanya dan pelayanannya hanya di stasiun sedangkan untuk persiapan dan armadanya sendiri itu tanggung jawab Dirjen Perkeretaapian dan dibawah pengawasan dari Kemenhub sekaligus menjadi penanggungjawab proyek LRT tersebut.
Seharusnya sebelum meneruskan dan menyerahkannya ke PT. KAI (Persero), Dirjen Perkeretaapian harus terlebih dahulu melakukan pengecekan kesiapan sarana maupun prasarana, bila perlu mereka melakukan sertifikasi dan uji coba yang matang bukan hanya ingin memenuhi target waktu saja tanpa memikirkan persiapan yang matang untuk sarana dan prasaranya.
Sebab beberapa kali kereta LRT tersebut mogok dengan kendala yang hampir sama yakni sensor atau signal yang bermasalah. Akibat LRT mogok Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta maaf atas kejadian mogoknya light rail transit (LRT) Palembang beberapa hari lalu.
"Saya akan evaluasi maksimal agar itu tidak terjadi lagi. Saya minta maaf atas kejadian itu. Bukan alasan cuma memang LRT Palembang upaya kita memberanikan diri untuk segera dilakukan dengan produk dalam negeri," jelas Budi di Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman, Selasa (14/8/2018) dikutip dari Detik Finance.
Mengenai evakuasi yang dibilang berbahaya karena LRT memiliki tegangan listrik yang tinggi I Ketut Astika selaku Sekretaris Perusahaan INKA menjelaskan bahwa timnya telah menghentikan seluruh aliran di lintasan LRT Palembang, setelah aliran sudah dipastikan mati maka evakuasi penumpang melalui walkway yang ada di sisi lintasan. Dan tentunya mereka telah melakukan dengan SOP dan prosedur yang aman.
Walaupun LRT Palembang sempat mogok 3 kali, tentunya itu juga menjadi salah satu kebangaan bangsa sendiri karena telah memberanikan diri untuk menggunakan produk Indonesia dalam proyek LRT ini.