Mereka yang pernah mengetuk hati selalu meninggalkan kenangan. Karena datang melalui hati,maka kenangan pun turut mengkristal hingga di dasar hati.
Lantas siapakah manusia yang mampu melupakan kenangan?, rasanya susah mengubur bagian dari diri kita.
Semesta berkata:
"Biarkan waktu yang menghapus semuanya",
lantas apakah kenangan itu akan hilang?, tentu tidak, kita hanya lupa, sebab setiap kenangan telah menjadi bagian dari perjalanan hidup kita.
"Indak lakang dek ujan indak lapuak dek paneh,"
mungkin pepatah dari tanah minang di atas bisa menjelaskan. Bahwa,sesuatu yang sudah menjadi bagian dari diri kita tak akan mungkin lekan oleh hujan dan tak akan lapuk oleh panas.
Memendam nyatanya tak mampu untuk menyembuhkan luka. Diam rasanya tak sanggup menghilangkan rindu. Dan menghindar nyatanya bukan solusi.
mencoba lupa tapi pada kenyataanya kita lemah dalam kesendirian, terpuruk, terkurung dan terperangkap dalam luka dan kenangan. Kira-kira Begitulah siksanya kenangan.
Kendati demikian, kita harus bangkit dan menyembuhkan luka kita sendiri dan belajar menghormati raga dan rasa. Biarkan cerita lalu menyatuh dalam ingatan kita walau perih pada akhirnya. Namun setidaknya kita bisa menyadari, bahwa mereka yang datang tak selalu membawa pelangi dan bunga, namun juga membawa badai.
Dari mereka kita bisa mawas diri. Imam Ali perna berkata, " Aku sudah merasakan kepahitan hidup di dunia ini,tapi yang paling pahit adalah berharap kepada manusia".