Lihat ke Halaman Asli

Sumpah Serapah Macet Bandung, Jalan Kaki aja

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13795663511584778478

Oleh: Mr. Aulia

*Ditulis saat bangun tidur di salah satu sudut ruang kawasan Dago Pojok, Bandung.

Macet Bandung Sumber: www. Bisnis-Jabar. com

Durasi baca: 3-5 Menit aja bro.

Mati langkah, mati gaya tak bisa kemana-mana. Hujan turun dari awan. Jalanan beraspal basah. Mendadak sepi dari pengguna roda dua, sementara itu, hanya roda empat merajai jalanan yang basah. Sesekali roda dua yang mungkin melaju karena kesibukan tanpa penundaan. Belum mandi, tak punya semangat kemana-mana. Sejak pagi, air berjatuhan. siang pun demikian. Sore menjelang, curahan air berhenti.

"Mau kemana hari ini? tanya Said senior. Salah seorang teman baikku.

Aku jawab, "kemana ya? bingung juga nih. Ujan, ga bisa kemana-mana. Jalan macet lagi.

Jarum jam terus berputar. Suara hujan mereda. Awan cerah muncul di sudut atas, sepanjang mata memandang dari salah satu jendela. Terlihat bercahaya menerangi jalanan yang sempat basah. Jalanan kembali ramai dengan sepeda motor. Rumah yang terletak di jalanan yang cukup padat. Namanya  Cihanjuang. Angkot berwarna ungu selalu berseliweran di jalan ini.  Aku menginap di sana. Rumah milik Said senior.

Mati langkah. Semangat keluar dari rumah tidak ada. Namun kalau keluar, tak mengerti mau kemana. Masa iya seharian di rumah tak keluar sama sekali. Saat hujan berhenti dikala mentari ingin sembunyi dari penampakannya dalam menerangi alam dunia. Semangat membuncah berlebihan.

"Hayu, kita keluar aja, pusing seharian di rumah. Butuh suasana luar", ajak Said yang tak sabar menghirup udara luar sana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline