Lihat ke Halaman Asli

Belum Makan di dalam Sarang Burung (Dusun Bambu), Belum ke Bandung

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh:

M. Rodhi Aulia

Ditulis Senin Pagi, 24 Februari 2014 dan diselesaikan pukul 09:28 WIB.

Jalan-jalan (travelling) sudah menjadi satu hal yang sulit dilupakan dalam benak saya. Bahkan abu kelud tebal sekalipun yang menyelimuti, jalan-jalan bagi saya tetap sedia kala. Terus berjalan, menyusuri kepingan-kepingan lahan yang ada di permukaan tanah tempat menapaknya kaki-kaki kecil anak manusia.

Jalan-jalan seperti hantu yang merasuki saya, tanpa disadari, rasa dan tak tahu malu untuk terus mencari tempat baru, demi satu album kenangan di masa depan, dimana saya bisa menenggelamkan diri tentang semua cerita, kenangan atas rekam jejak masa-masa muda saya sebagai anak manusia yang akan penuh dengan kerinduan dan bahan bernostalgia di masa-masa yang akan datang.

Dari banyak kota yang pernah saya kunjungi, Bandung dan sekitarnya selalu mencuri dan memenjarakan hati saya. Bandung dengan segala pesona keindahan, kreatifitas, keramahan dan sebagainya, membuat pelancong tak pernah menjadikan Bandung sebagai kota yang patut dikunjungi sekali saja. Bandung selalu pantas dan cocok untuk terus diserbu kapanpun dan terus-terusan. Apalagi cara Bandung menjamu para pelancong dengan berbagai kreatifitas yang unik dan sangat menghibur.

Tahun 2014, tepatnya di sekitar Bandung, Kawasan Bandung Utara (KBU), Cisarua, salah satu tempat me-refresh dan tempat wisata bertambah satu. Dusun Bambu, Sebuah konsep taman bermain, taman camping, wisata kuliner, taman fotografi berkumpul di satu lahan yang kira-kira luasnya sekitar 15 hektar. Sebuah referensi baru bagi para pelancong yang ingin menemukan dan membangkitkan keceriaan yang sempat hilang dan terpendam.

Konsep-konsep di atas adalah cara saya menilai lahan yang luas tersebut setelah saya mengunjungi dan puas berkeliling menyusuri setiap sudut lahannya. Lahan tersebut memang sengaja diciptakan untuk berkumpulnya anak-anak muda, keluarga-keluarga, baik keluarga kecil, ataupun keluarga besar untuk mencari dan mempertahankan keceriaan dan kebahagiaan dalam hati mereka masing-masing.

Sebuah lahan yang berlatar belakang sebuah pegunungan, dan mengedepankan perpaduan nuansa modern dan tradisional. Dusun bambu adalah nama yang diinginkan oleh pengelola dalam memelihara kelestarian Bambu di Indonesia. Apalagi Indonesia menjadi negara penghasil bambu terbesar kedua setelah Cina. Menurut rencana pengelola, Dusun Bambu sedang bersiap-siap menjadi tuan rumah konferensi bambu dunia pada tahun 2015 mendatang.

Travelling without Camera is Bullshit, sebuah kalimat yang menjadi kesimpulan saya selama berkelana. Apalagi tempat tersebut banyak terdapat spot-spot untuk mengabadikan gambar atau momen yang sangat menakjubkan. Dusun Bambu banyak meyimpan spot-spot tersebut. Disana terdapat aliran sungai yang mengalir dan dikelilingi oleh berbagai kembang dan bunga-bunga yang penuh dengan warna. Bebatuan sungai selalu menarik perhatian pelancong untuk sekedar duduk narsis di atasnya untuk berpose, juga bisa sambil melihat-lihat dan membuka mata ke langit yang cerah dan menghirup udaranya yang sangat segar.

Konsep rumah-rumah rumah segitiga (villa eksklusif) yang mengitari sebuah danau juga tak kalah indah. Persis di bagian depan danau terdapat sebuah dataran atau dermaga yang membentuk lingkaran.

Disana terdapat banyak pengunjung yang saling bergantian memainkan kamera-kamera canggih mereka demi mengabadikan momen yang sangat indah, apalagi berlatar belakang rumah-rumah segitiga yang selalu setia berada di sekeliling danau tersebut dan jika beruntung pemandangan tenggelamnya matahari (sunset), layaknya pantai-pantai atau pegunungan yang tinggi, pun bisa didapatkan dari sini.

Danau yang berada di balik pegunungan selalu mencuri perhatian banyak orang. Di atas danau tersebut berseliweran perahu-perahu kecil dimana para pengunjung bisa berkeliling atau sekedar ingin mampir di rumah-rumah segitiga tersebut.

Tak perlu merogoh kocek yang dalam untuk menyewa perahu tersebut, namun cukup dengan budget seikhlasnya, para pengunjung dapat meikmati dayungan demi dayungan sehingga bisa mengelilingi danau yang mungkin secara ukuran relatif kecil, tapi asyik dan unik.

Bagi pelancong yang mempunyai passion dan ingin merasakan atmosfir camping, disana terdapat area khusus, dimana sebuah tenda bervariasi ukuran berdiri, disertai dengan segala perkakas barbeque, api unggun, toilet khusus, panorama alam yang sangat indah.

Tempat tersebut sangat cocok bagi mereka yang ingin menghabiskan waktu bersama orang-orang yang dicintai untuk merasakan bagaimana sebuah keluarga atau kerabat dapat menikmati indahnya bermalam di sebuah tenda. Bahkan @RidwanKamil (Walikota Bandung) pun sudah pernah mencoba dan merasakan keindahannya, persis di ujung Januari 2014 silam.

Di bagian lainnya juga terdapat sebuah tempat yang desainnya persis seperti sangkar burung. Pelancong yang ingin merasakan sensasi menikmati hidangan di atas ketinggian pohon dan di berbagai rantingya terdapat sangkar burung tentu sangat berkesan dan unik. Saya pun baru pertama kali dan terpikirkan, bagaimana sebuah tempat makan nangkring di atas pohon yang penampakannya tidak juah berbeda dengan sangkar-sangkar burung pada umumnya. Dan bagi saya sangkar burung (Lutung Kasarung) tersebut adalah icon dari keseluruhan tempat ini.

Secara keseluruhan tempat ini sangat pantas untuk dikunjungi. Konsep perpaduan modern dan lebih menonjolkan sisi alamnya, terutama konsep Sunda tempo dulu. Juga konsep yang sangat ramah lingkungan (go green) dan menonjolkan sisi edukasi bagi para pengunjungnya. Edukasi bagaimana manusia dapat hidup dan bersahabat dengan alam. Harga tiket masuknya pun sangatterjangkau, kira-kira tidak lebih dari harga satu piring nasi rendang di rumah makan padang pinggir jalan.

Dan tempat yang mempunyai tagline Family-Leisure Park ini secara resmi akan diresmikan pada bulan Maret 2014. Pertanda tempat ini masih sangat baru.

Banyak jalan, Banyak Tahu. Banyak Lihat, Banyak Sadar.

Travelling without Camera is Bullshit.

Konsep jalan-jalan ala saya.

Tangkapan Cahaya:




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline