Lihat ke Halaman Asli

M. Rasyid Nur

TERVERIFIKASI

Pensiun guru PNS tidak pensiun sebagai guru

Yang Ini bukan Pencitraan Jokowi

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14290649801347987576

[caption id="attachment_410139" align="alignnone" width="640" caption="Foto Dari: voaindonesia.com/ Yudha"][/caption]

YANG tidak terlalu suka kepada Jokowi, presiden (dari sipil) yang terkesan sederhana itu, akan selalu mencari-cari kesalahan dan kekurangan Jokowi. Jika Jokowi memakai baju kemeja dalam kegiatan dinas, para 'lawan Jokowi' ini akan menganggap itu sekadar pencitraan Jokowi. Jika Jokowi masih suka blusukan (seperti dulu belum menjadi presiden) itu juga dianggap sekadar pencitraan. Dalam politik, tentu lazim seperti ini.

Ketika beberapa hari ini berita tentang akan menikahnya putera belyau, Gibran Rakabuming dengan Selvi memenuhi halaman koran dan layar kaca televisi, riuh-rendah berita ini pun menjadi salah satu sasaran 'sirik' anti Jokowi. Entah apalah jadinya, jika urusan politk harus merembes-rembes ke urusan lain yang tidak berkaitan dengan politik. Untuk yang satu ini, saya tidak saya sependapat. Maksud saya, ini benar-beanr urusan pribadi dan rumah tangga yang tidak harus bercampur-aduk dengan masalah politik.

Seumpama Ibu Iriana yang adalah Ibu Negara itu tidak meminta fasilitas negara untuk mengumumkan secara resmi calon menantunya, tentu saja itu bukan karena maksud-maksud pencitraan suaminya, Jokowi. Bahkan tidak juga Jokowi yang presiden itu yang memperkenalkan kepada masyarakat secara langsung (mungkin karena urusan negara sangat banyak), tentu saja itu tidak dimaksudkan untuk pencitraan.

Dalam beberapa kali berita oleh televisi masyarakat diberi informasi tentang beberapa hal berkaitan rencana pernikahan putera pertamanya itu. Satu kali, televisi memberitakan rencana isteri presiden itu untuk membeli peralatan dapur (becah-belah pinggan-mangkok) sebagai keperluan pesta pernikahan. Dikatakan bahwa barang-barang itu akan dibeli di Solo, salah satu toko langganannya. Ibu Negara tidak membeli, misalnya di luar negeri meskipun dia mampu dan bisa saja ke Itali, Prancis atau kemana dia suka. Ternyata dia hanya belanja di Solo saja.

Nah, bagi yang sudah antipati dari awal, tetap saja (mungkin) menyindir isteri Jokowi dengan lagi-lagi menyebut sebagai pencitraan. Baju pengantin yang juga dibuat oleh desainer yang tidak terlalu terkenal (sebelumnya) bisa juga akan menjadi sasaran ejekan. Tapi sekali lagi, saya sangat percaya bahwa untuk yang ini bukanlah sebuah pencitraan.

Justeru sikap menggunakan barang-barang dalam negeri ini perlu menjadi pembelajaran buat semua orang. Ini adalah edukasi berharga bagi semua keluarga kaya dan punya jabatan di Indonesia. Tidak perlu lagi menghambur-hamburkan uang (devisa) untuk keperluan yang sudah ada di negeri sendiri. Apa yang tdak ada di Indonesia? Semua sudah ada. Kita saja yang terlalu bodoh dan gila dengan barang-barang produksi luar sana itu.

Harus diakui, selama ini bangsa ini sudah terlalu dibodohi oleh bangsa 'asing' dengan menciptakan rasa bangga karena mampu menggunakan produk luar negeri. Sampai roti dan kue-mue saja harus beli buat negeri jiran. Sikap yang sangat merugikan bangsa sendiri. Dan anehnya, sejak puluhan tahun sudah dicanangkan agar bangsa ini menggunakan produk sendiri, tapi tetap saja ramai yang suka menggunakan hasil luar negeri. Kebanyakan mereka adalah yang merasa punya uang dan punya jabatan yang bisa disalahgunakan untuk itu.

Tanpa bermaksud membantu pencitraan Pak Jokowi, saya ingin mengulang harapan banyak orang agar kita (semua masyarakat Indonesia) segera saja mengubah sikap keliru yang bangga dengan hasil luar negeri. Pemerintah adalah orang pertama yang harus membuktikan himbauan mereka sendiri. Ke depan, jika akan ke mall, ke super market atau ke toko-toko besar di Ibu Kota Besar itu, carilah barang yang ada merk negeri sendiri. Jika pasti itu adalah buatan Indonesia, meskipun awalnya tidak suka, belilah itu saja. Jangan menyalahkan serbuan produk negara asing di negeri sendiri. Karena kunci utamanya adalah kebanggaan kita akan barang-barang sendiri. Bukan saja, tapi membelinya. Meskipun harganya sedikit mahal, tidak masalah.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline