Lihat ke Halaman Asli

Ruh dan Kehidupan

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, aku teringat pada Ruh Ayah yang telah lebih dahulu menghadap-Nya. Teringat bagaimana sakitnya sebuah kehilangan. Sakit karena tahu, Ayah tak mungkin lagi hadir mengisi hari-hari dengan senyumnya yang meneduhkan. Dengan kata-katanya yang menenangkan. Teringat bahwa aku mendapatkan makna dari kahadiran Ruhnya dalam kehidupanku. Namun, lebih dalam dari itu, sesungguhnya aku bahagia telah mengenal ruh yang bersemayam dalam tubuh Ayah. Akupun tenang, karena aku tahu ruh ayah telah menyelesaikan tugasnya. Karenanya aku ikhlas melepas jasad itu walau mata tetap menangis perih sampai berbulan-bulan lamanya. Cinta ini sungguh begitu dalam. Hingga aku lupa, hidup saat ini hanya semu saja. Bukan yang sesungguhnya.

Hidup dalam dunia kasat mata. Ruh bersemayam dalam jasad yang dikuasakan-Nya pada ruhmu. Hingga ruh yang lain mengenal kasat matamu. Ada yang rupawan dalam nilai mata yang lainnya, ada yang tidak rupawan di mata yang lainnya. Wajah yang terlihat, menyembunyikan apa yang ada di dalam tubuh kasarmu.

Disandingkannya kita dalam kehidupan kasat mata, tentu dengan tujuan yang jelas. Ruhmu tumbuh bersama jasadmu. Ruhmu mempelajari semua tentang hidup. Hingga lahirlah kebijaksanaan dalam ruhmu. Seibarat sinar, ruhmu benderang pada awalnya. Hingga hidup seringkali meredupkan terangnya. Dan Allah telah memberikanmu "fujur" dan "taqwa". Siapa yang mengenal dirinya sendiri, maka ia akan semakin mengenal Robb-nya. Ketika kau melihat jasad yang ada di depanmu, apakah kau hanya melihat pada tubuh itu atau yang menempati tubuh itu? Jika kau telah memahami itu, maka kesejatian hidup akan mudah kau selami. Kau akan dapat mengerti semua "makna" hidup dengan sangat bijak. Tak ada kedengkian ataupun amarah. Kalaupun itu ada, secara cepat kau akan meneduhkannya kembali. Karena cahaya ruh selalu memberikan kedamaian abadi. Selanjutnya, kau pun tak akan pernah mendapati kekecewaan dan kesedihan.

Ruh menempati jasad kasar dengan tugas dan misinya. Setiap ruh selalu memberikan arti dan makna pada ruh yang lain sehingga sebuah kehidupan senantiasa berada dalam sebuah keseimbangan. Hidup yang sesungguhnya bukanlah dalam kondisi "Nyata" ini kawan. Bukan alam serba kasat mata ini. Kehidupan di alam kasat mata hanya sementara saja. Ruh-mu sedang diujikan di dalamnya. Karenanya, ketika Ruh telah meninggalkan Jasad kasarmu, itu dapat kau artikan Ruh telah menyelesaikan tugasnya. Kenapa harus bersedih? Sebenarnya, memang haruslah kau bersedih, ketika kau tahu ruh yang telah kembali pada-Nya belum menyelesaikan tugasnya dengan baik dan su'ul khotimah. Namun, jika kau tahu bahwa ruh yang telah kembali itu adalah ruh yang baik dan husnul khotimah, bukankah seharusnya kita tenang mengantarkan jasad kasarnya ke dalam tanah?

Aku tahu, ruh itu adalah urusan Allah, dan hanya sebagian kecil saja yang aku ketahui tentangnya. Subhanallah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline