Lihat ke Halaman Asli

Apakah Masih Relevan, Pernikahan yang Didasari dengan Weton bagi Gen Z?

Diperbarui: 16 Mei 2024   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

menatarapi.blogspot.com

APAKAH MASIH RELEVAN,PERNIKAHAN YANG DIDASARI DENGAN WETON BAGI GEN Z?

            Masyarakat Jawa merupakan satu dari sekian kelompok masyarakat di Nusantara yang sangat memegang ajaran tradisi leluhur. Tradisi ini langgeng hingga saat ini dan tertanam kuat dalam benak mereka. Upaya ini berlangsung turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Salah satu tradisi yang dipegang kuat tersebut adalah berkenaan dengan pernikahan. Masyarakat Jawa memiliki konsep yang disebut dengan weton. Konsep ini pada intinya menjadi peneropong masa depan sebuah hubungan pernikahan berdasar dengan tanggal dan bulan dilahirkannya kedua calon mempelai. Permasalahan sering muncul ketika pihak orang tua atau wali percaya dengan konsep weton dan menggagalkan rencana pernikahan putra atau putrinya dengan alasan ketidakcocokan hitungan weton. Mereka khawatir jika diteruskan akan berdampak tidak baik bagi hubungan pernikahannya.

            Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula elemen-elemen yang ada pada masyarakat Jawa. Perkembangan yang terjadi antara lain kecanggihan teknologi yang semakin mutakhir, fasilitas umum yang semakin memadai, mutu pendidikan yang semakin membaik serta cara pandang orang yang semakin terbuka terhadap wawasan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Elemen-elemen tersebut menjadikan adat perhitungan weton di dalam masyarakat Jawa semakin terkikis, jarang dipraktekkan dan mulai ditinggalkan. Dan saja juga perlu kita tahu pandangan tentang perhitungan weton dalam pernikahan menurut generasi sekarang atau disebut Gen-Z.

            Generasi Z seringkali memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap berbagai pandangan, termasuk weton. Beberapa dari mereka mungkin melihatnya sebagai aspek budaya yang menarik dan dapat menjadi bagian dari identitas keluarga. Generasi sekarang mungkin tetap percaya pada weton karena adanya ketertarikan terhadap warisan budaya dan tradisi yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Bagi sebagian orang, weton bukan hanya sekadar ramalan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya mereka. Selain itu, beberapa individu percaya bahwa unsur-unsur astrologi Jawa seperti weton dapat memberikan wawasan atau panduan dalam pengambilan keputusan penting, termasuk dalam hal pernikahan dan kehidupan pribadi. Sementara beberapa orang mungkin bersifat skeptis, ada yang melihat nilai dalam mempertahankan dan menghormati warisan leluhur mereka.

            Pernikahan yang didasari dengan pencocokan weton mungkin memiliki relevansi yang beragam di kalangan generasi Gen Z, tergantung pada latar belakang budaya, pendidikan, dan tingkat religiositas individu. Berikut adalah beberapa aspek yang bisa dipertimbangkan:

Faktor Relevansi:

  • Budaya dan Tradisi Keluarga

Masih Relevan: Bagi keluarga yang masih sangat menjaga tradisi dan adat istiadat Jawa, pencocokan weton mungkin tetap dianggap penting. Generasi muda yang dibesarkan dalam lingkungan yang kuat mempertahankan budaya ini cenderung masih menghargai dan mengikuti praktik tersebut.

Kurang Relevan: Di sisi lain, Gen Z yang tumbuh dalam lingkungan yang lebih modern dan kosmopolitan mungkin melihat pencocokan weton sebagai sesuatu yang kurang relevan atau bahkan kuno.

  • Pengaruh Agama:

Pengaruh Kuat: Generasi Gen Z yang memiliki pemahaman agama yang mendalam dan mengikuti pandangan ulama yang menolak pencocokan weton mungkin akan mengabaikan praktik ini. Mereka akan lebih fokus pada kriteria religius dan akhlak dalam memilih pasangan.

Pengaruh Moderat: Ada juga yang mungkin menganggapnya sebagai tradisi yang bisa diikuti selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.

  • Pendidikan dan Logika Modern:

Tingkat Pendidikan Tinggi: Generasi muda dengan pendidikan tinggi dan pemahaman ilmiah mungkin cenderung skeptis terhadap praktik-praktik tradisional yang tidak didukung oleh logika dan bukti ilmiah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline