alkisah di negeri dongeng, tepatnya sih di planet namek, ada seseorang pandai besi yang fenomenal, meski tidak sefenomenal saya (perkenalkan nama saya mr. jokes). Jadi selain pandai memukul besi, ternyata pak tawan juga pandai berpuisi, pandai memikat hati, dan lagi-lagi tidak sepandai saya sebetulnya. Jualannya angin surga, lalu diangkat menjadi pemuda harapan bangsa, dan menjadi euforia, padahal ya, cuma angin surga. Yah sebagai bentuk solidaritas rakyat jelata, boleh lah, dikasih hadiah, hasil jerih payah mulut yang sudah berbusa-busa.
mungkin rakyat kita senang diludahi, dengan mimpi-mimpi dan delusi, hidup mengawang-awang, ga perlu otak, ga perlu pake mikir, soalnya otak ga laku kalo dijual, meski statusnya "seken BNIB", jadi ya cuma di onggokin di gudang saja, takut kena rasia SNI, kalo standarnya bukan otak "orang-orang kita", nanti dicekokin air kobokan, langsung bersih, kosong, biar gampang diludahin, apalagi pabriknya sudah tbk, terbuka dan ada dimana-mana maksudnya, ngeri, mungkin baru kali ini rakyat jelata antah berantah diperlakukan seperti teroris, dimata-matai, u bukan orang-orang kita?! siap aksi langsung ciduk, masuk karung, masuk tv, lalu dibuli via socmed sebagai kriminil, public enemy.
bicara reputasi pak tawan, ga jauh-jauh bedalah dengan saya, meski tidak sefenomenal saya, jujur, saya merasa tidak tersaingi, pencapaian pak tawan itu ucrit-ucrit. Jangankan puisi, modal ngelawak saja saya langsung terkenal, meski niatnya ga ngelawak, maklum, dari sononya sudah muka lawak. Ga tanggung-tanggung, darth vader saja saya kangkangi, biar greget kedepan ada rencana nyalon jadi tuhan, mumpung sudah punya modal jadi nabi, pasal satu "saya pasti benar!", pasal dua, "ah, tau sendiri lah".
mohon maaf, sebetulnya, saya ini aslinya orang jujur, humble pula, ga pernah lah aku bohong, yah, cuma sedikitlah, anggap lipservice, biasalah, namanya orang jualan, kalo ga nipu ya ga laku, kasian tuh orang marketing, kerjanya disuruh nipu melulu, numpuk dosa tapi duit ga seberapa. Tapi sebetulnya, yang perlu dikasihani itu sebetulnya saya, kalo orang marketing ngecap sampe berbusa-busa, hanya sekian persen yang percaya, jadi dosanya sedikitlah, kalo saya, cuma ngecap ibarat hanya sekian persen dalam hidup saya, eh, tapi semua orang percaya, jadi serba salah lah saya, sudah dosanya banyak, eh, dipaksa disuruh ngecap lagi, dan lagi-lagi mereka percaya, tambah dosa lagi, ngecap lagi, dosa lagi, ga habis-habis dosa kubuat gara- gara kalian yang maksa aku ngecap terus, jadi salah siapa? salah gue? salah temen gue?
kalian itu terlalu smart, biasalah ciri anak jenius, pemikiran jauh kedepan, saking jauhnya, sampai tembus ke awan, jadi ya cuma delusi saja, ga pakai otak, meski ngakunya smart, lalu di awan ketemu pak tawan, say hello, gimana robotnya?, sudah bisa gerak belum?, kalo susah gerak, ya tinggal panggil saja si ojan, "tatap mata saya, bergerak... bergerak... bergeraaaak....", lalu muncul si dora "berhasil, berhasil, berhasil". tapi memang ada bagusnya kita berpikir dan selalu melihat kedepan, kita harus optimis, dan selalu optimis,
jangan seperti mario teguh, bosen saya mendengarnya, sudah terbukti kontradiktif soalnya, beda dengan punya saya, masih fresh from the oven, kalo ternyata sudah basi ya, kita kecapin lagi, kita harus optimis, pokoknya optimis saja lah, mau kena phk kek, bisnis sepi kek, jatah kursi belum turun kek, nganggur kek, pokoknya optimis, percayalah sebagaimana biasanya kalian percaya. Kalian harus bersyukur, karena belum tentu 100 tahun lagi kalian bisa menikmati masa-masa penuh optimis seperti saat ini
sebetulnya, saya sedih dengan kalian, saya ini sudah capek jadi tukang kecap, tapi saya dipaksa jualan kecap, tiap hari keluarin merek baru, varian baru, updatet terbaru, varian "september meroket", varian "oktober nendang", tapi ya sebetulnya sih isinya sama, sama-sama varian "nyungsep", maklum, ya cuma segitu kemampuannya, cuma bisa bikin kecap varian nyungsep, ato ngerong ketanah, tapi mereka bilang rasanya semakin enak, variatif dan ga ngebosenin, entah lidah kalian yang eror, ato telinga kalian yang eror, ato mungkin otak kalian yang eror?
saya khawatir, saya ga bisa pensiun gara2 produk kecap saya selalu terjual dan laris manis, lalu saya jadi ga punya waktu buat mengadu kepada tuhan, ingat dosa, "tuhan, apa salahku hingga kau buat aku terjerumus ke dalam lembah tipu daya dan dosa, bagaimana tidak, saya ini jelas-jelas jualan sianida malah dianggap jualan kecap, saya khawatir, kelak akan dijadikan campuran kopi, lalu ada yang mati, kalo sudah gitu, salah siapa ya tuhan? bukan salah saya kan? itu salah para cebong yang selalu membenarkan dan membiarkan dusta kecap saya"
kisah ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama dan tempat, itu hanya kebetulan saja tanpa ada faktor kesengajaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H