Lihat ke Halaman Asli

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 12)

Diperbarui: 17 April 2018   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 12 - PENDEKAR ZHAN DIAM-DIAM MENUKAR ARAK, BANGSAWAN PANG MENYUSUN RENCANA JAHAT

Ketika Zhan Zhao tiba di taman keluarga kerajaan, ia melihat dindingnya yang baru diplester menunjukkan bangunan yang bertingkat di dalamnya. Ia menghitung jarak langkah kaki menuju taman tersebut kemudian bermalam di sebuah penginapan di dekat sana. Pada waktu jaga kedua sang pendekar bertukar pakaian hitam, memadamkan pelita kamarnya, lalu mendengar selama beberapa saat sampai tidak ada pergerakan lagi. Kemudian ia diam-diam membuka pintu, menutupnya dengan menariknya dari belakang, sambil menurunkan tirai pintu.

Berlari melewati bangunan utama, ia pergi meninggalkan penginapan dan tiba di taman tersebut setelah sebelumnya telah mengukur jaraknya. Dengan memperkirakan jaraknya, ia mengeluarkan dari kantongnya seutas tali dengan cakar besi dan dengan sekuat tenaga melemparkannya ke atas. Karena ia telah berlatih dengan baik, tali tersebut mendarat tepat di atas tembok. Dengan menekankan ujung kakinya pada batu bata tembok, ia memanjat tembok tersebut dengan cepat. Sampai di atas tembok, sambil membungkukkan badannya ia mengeluarkan sebuah batu kecil dari kantongnya lalu melemparnya ke bawah dan mendengarkan suaranya dengan seksama. Ini disebut "melempar batu untuk mengetahui jalan"; jika di bawahnya ada parit, air, atau tanah ia dapat mengetahuinya dari suara batu tersebut.

Lalu ia membalikkan cakar besi itu dan dengan tangannya berpegangan pada tali sutra tersebut ia menuruni tembok itu. Ketika kedua kakinya menyentuh tanah, ia merapatkan punggungnya di balik tembok. Maju ke depan, ia melihat ke sekelilingnya dan menggoyangkan tali sutra dengan cakar besi berjari lima itu kemudian memasukkan ke dalam kantongnya. Menggunakan ujung kakinya, ia berjalan dengan sembunyi-sembunyi bagaikan seekor bangau sampai pada suatu tempat di mana ia dapat melihat sekilas cahaya. Cahaya itu sesungguhnya berasal dari tiga buah ruangan yang salah satunya di sebelah timur bersinar terang.

Melalui jendela terlihat ada bayangan seorang pria dan seorang wanita sedang minum arak. Zhan diam-diam di bawah jendela mendengarkan suara sang pria berkata, "Istriku, kamu dapat meminum semua arak di sini, tetapi jangan menyentuh arak yang berada di atas meja di ruang sebelah." "Apakah nama arak tersebut?" tanya sang wanita.

"Arak itu disebut arak cang chun (rahasia musim semi). Jika seorang wanita meminumnya, ia akan terbakar nafsu dan pasti akan mengikuti nafsunya. Tuan Bangsawan telah menculik Jin Yuxian, tetapi wanita ini sampai mati pun tidak akan menuruti kehendak Tuan. Akhirnya Tuan kehilangan akal, tetapi aku di sampingnya berkata, 'Dengan mencampurkan suatu ramuan ke dalam arak, pasti Yuxian menuruti keinginan Tuan.' Tuan pun menyuruhku membuat ramuan tersebut dan mencampurkannya ke dalam arak. Aku berkata, 'Membuat arak ini sangat sulit, menghabiskan biaya tiga ratus uang perak'."

"Arak apakah yang menghabiskan banyak uang untuk membuatnya?" sela wanita itu. "Istriku, kamu tidak mengetahui bahwa Tuan Bangsawan sangat kesal karena tidak dapat memiliki wanita itu. Jika kali ini aku tidak mengambil keuntungan darinya, bagaimana kita bisa menjadi kaya? Aku beritahu kamu, membuat arak ini tidak menghabiskan uang lebih dari sepuluh uang perak. Ini benar-benar keberuntungan kita!" Setelah berkata demikian, sang pria tertawa terbahak-bahak.

Namun sang wanita berkata, "Walaupun kita mendapatkan banyak uang, bukankah hal ini melanggar moralitas? Selain itu Yuxian adalah seorang wanita yang rela mati demi mempertahankan kesuciannya, bagaimana mungkin kamu membantu orang jahat melakukan kejahatan ini?" "Aku melakukannya karena miskin, maka tidak ada pilihan lain," jawab pria itu.

Ketika mereka sedang berbicara, terdengar dari luar ada suara memanggil, "Tuan Zang, Tuan Zang." Zhan memutar kepalanya dan melihat melalui dahan-dahan pohon terdapat sekilas cahaya. Menghindar agar tidak ketahuan, ia menyelinap masuk ke dalam ruangan itu lalu bersembunyi di balik tirai.

Sang pria bertanya, "Siapa?" Sambil bangkit dari tempat duduknya, ia berkata kepada wanita itu, "Istriku, lebih baik kamu bersembunyi di kamar sebelah barat, jangan menampakkan wajahmu." Sang istri pun pergi menuju kamar sebelah barat dan Tuan Zang berjalan menuju pintu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline