Lihat ke Halaman Asli

Marshalleh Adaz

padanglamo : Merawat dan melestarikan memori kolektif dalam ingatan dan tindakan

Puisi

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

TANAH SURGA BERBALAS NYAWA
Oleh : MR. ADAZ

Duduk bersandarkan harapan seluas sawah yang terbentang
diantara lingkar bukit senandung alam meningkahi cangkul dan ladiang
dari Aua , Surau, Koto Samiak, Suayan, dan Sungai Balantiak
cinta bermain, cita yang terselip dalam harapan

Dari hilir ke mudik
Simpang di Pakan Sinayan menyeruak menyentakan angan
Sedangkan peluh siang tadi belum lagi hilang
marsose datang ... marsose datang

Derap serakah datang dalam keheningan
Westenenk si kafir melagukan senandung kematian
misainya panjang membelit kelewang
menginjak sawah, parak, banda menembus batas malam

Semua takut semakin jauh dari tangan dan kaki
Langkah dengan pasti hujam semakin mendalam
Sipak silat tidak lagi latihan perintang penat
Tapi satu langkah satu nyawa ulando meregang
Satu pekik lagi si ulando tak sempat berpikir mengingat kampungnya

Kamang berdarah menganak sungai
Tanah surga berbalas nyawa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline