Hari ini adalah pertemuan ke-6 dalam pelatihan Guru Motivator Literasi Digital (GMLD). Kali ini, kami dibersamai oleh narasumber Ibu Aam Nurhasanah, S.Pd., dengan moderator Bapak Sim Chung Wei, S.P., atau yang biasa kami panggil Koko Sim. Topik yang dibahas sangat relevan dengan situasi saat ini, yaitu Menjadi Pejuang Kebenaran di Tengah Gempuran Hoax.
Dunia maya kini menjadi medan perang informasi, di mana hoax menyebar seperti virus yang mengganggu tatanan sosial. Menjadi pejuang kebenaran di tengah gempuran berita bohong adalah panggilan moral bagi kita semua. Kita dituntut untuk menjadi warga digital yang kritis, mampu memilah antara fakta dan fiksi, serta berani menyuarakan kebenaran.
Contoh Hoax yang Sering Terjadi
1. Hoax Tentang Kesehatan
Ketika pandemi melanda, banyak informasi palsu seperti "minum air panas bisa membunuh virus" menyebar luas. Hoax ini membuat sebagian orang mengabaikan protokol kesehatan yang sebenarnya lebih efektif, seperti memakai masker dan mencuci tangan. Pejuang kebenaran bisa meluruskan informasi dengan mengutip sumber terpercaya, seperti WHO atau Kementerian Kesehatan.
2. Hoax Berita Politik
Dalam pemilu, sering muncul berita palsu yang mencemarkan nama baik kandidat tertentu. Misalnya, kabar tidak benar tentang seorang calon pemimpin menerima suap bisa memengaruhi opini publik. Sebagai warga digital yang bertanggung jawab, kita perlu memverifikasi informasi ini melalui media terpercaya sebelum ikut menyebarkannya.
3. Hoax di Grup Keluarga
Seringkali, hoax seperti "anak hilang akibat diculik sindikat besar" beredar di grup WhatsApp keluarga tanpa verifikasi. Pejuang kebenaran bisa memanfaatkan alat seperti Google Reverse Image untuk memastikan gambar atau berita tersebut benar-benar asli sebelum mengklarifikasi di grup.