Hari ini adalah hari yang cukup penting bagi saya, karena saya mendapatkan tugas besar sebagai bagian dari tim inti nasional dalam agenda pendampingan tindak lanjut hasil AKMI 2024. Pagi-pagi sekali saya mempersiapkan diri dengan penuh semangat.
Surat tugas kali ini terasa istimewa, karena ditandatangani langsung oleh Ketua PMU, Arif Rahman, Th.I, M.Pd. Hal ini semakin menambah semangat saya, sekaligus tanggung jawab untuk menjalankan tugas sebaik mungkin.
Sebelum memulai kunjungan, saya berinisiatif menghubungi dua orang pengawas madrasah, yaitu Bapak Masudin dan Ibu Sundusiah. Mereka sangat membantu dengan memberikan nomor kontak para kepala madrasah yang akan kami kunjungi. Selain itu, Mas Aang juga turut berperan penting dengan memverifikasi nama-nama kepala madrasah berdasarkan Nomor Statistik Madrasah (NSM) yang tertera. Langkah ini penting untuk memastikan identitas setiap madrasah yang akan kami datangi, mengingat banyaknya nama madrasah yang serupa.
Dengan berbekal nomor kontak yang diperoleh dari pengawas dan bantuan Mas Aang, saya dapat menyusun jadwal kunjungan yang efektif bersama kepala-kepala madrasah. Sebelum bertemu langsung, saya menggunakan informasi NSM dan nama madrasah untuk mencari latar belakang institusi melalui pencarian di Google, serta memastikan lokasi masing-masing madrasah menggunakan Google Maps. Persiapan ini sangat membantu agar kunjungan berjalan lancar dan sesuai rencana.
Destinasi hari ini adalah wilayah Kabupaten Tanggamus. Saya bertugas bersama dua rekan lainnya dalam tim: Ratna Dwi Lestari dari Kabupaten Lampung Selatan dan Fitri Anggraeni dari Kabupaten Lampung Tengah. Kami ditugaskan mengunjungi beberapa madrasah, dan saya bertanggung jawab untuk mengunjungi enam madrasah, yaitu: MIS Al-Huda, MIS Al-Khairiyah, MIS Anwarul Huda, MIS Mathlaul Anwar, MIS Mathlaul Anwar Kebumen, dan MIS Nurul Falah Sukadamai.
Kunjungan kedua saya hari ini adalah ke MIS Mathlaul Anwar Kebumen. Madrasah ini dipimpin oleh Nurul Halim, yang tidak hanya berperan sebagai kepala sekolah tetapi juga sebagai guru kelas. Berlokasi di Pekon Banjar Agung Udik, Kecamatan Pugung, Tanggamus, madrasah ini memiliki pendekatan yang unik dalam menjaga lingkungan sekitar sekolah. Madrasah ini menugaskan dua orang guru mudanya untuk mengikuti bimtek AKMI, mereka adalah Luthfiatun Naddiroh dan Ulfa Wahyuningrum. Mereka mengikuti bimtek dengan baik namun kendala sinyal yang kurang bagus, terutama saat hujan turun membuat mereka terpental dari jaringan.
Salah satu yang menarik perhatian saya adalah program ecobrick yang diterapkan di sini. Siswa dan guru di madrasah ini mengubah sampah plastik yang berserakan di lingkungan sekitar menjadi karya seni dan barang-barang berguna seperti kursi, penghias taman, dan bahkan sebagai pengganti batu bata. Mereka memanfaatkan botol plastik bekas dengan cara memasukkan dan memadatkan sampah plastik ke dalamnya, menciptakan ecobrick yang ramah lingkungan.
Penerapan ecobrick ini sangat efektif dalam mengendalikan sampah plastik di area sekolah dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, kegiatan ini juga meningkatkan kesadaran para siswa, guru, dan bahkan warga sekitar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Melihat antusiasme mereka dalam menjaga kebersihan lingkungan sungguh menginspirasi, terutama dalam memupuk rasa tanggung jawab terhadap alam sejak dini.
Hari ini, saya merasa beruntung dapat menyaksikan inisiatif luar biasa ini secara langsung. Terasa semakin jelas bahwa mendampingi madrasah-madrasah seperti ini bukan hanya soal menjalankan tugas, tetapi juga menjadi bagian dari perjalanan mereka dalam menciptakan lingkungan belajar yang bersih, asri, dan penuh inspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H