Lihat ke Halaman Asli

Olimpiade TIK-Informatika Nasional (OTN) 2024: Pengalaman, Harapan dan Tantangan

Diperbarui: 25 September 2024   06:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam rangka menyelenggarakan Olimpiade TIK dan Informatika Nasional ke VI yang diadakan oleh KOGTIK PGRI, salah satu kegiatan penting yang akan digelar adalah Seminar Nasional Informatika pada 31 Oktober 2024. Acara ini menjadi wadah bagi para guru dari berbagai penjuru Indonesia untuk berbagi pengalaman dan tantangan dalam pengajaran Informatika di era digital saat ini. Berikut adalah penuturan dan pendapat dari sebagian calon peserta seminar, yang menyoroti pengalaman, harapan, serta tantangan dalam pengajaran TIK dan Informatika.

Nasrul Nurpadilah, S.Kom., yang bertugas di SMP Negeri 3 Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, menyampaikan pandangannya tentang pentingnya Informatika. Baginya, mata pelajaran ini adalah "jantung pendidikan" di era digitalisasi. Pandangan ini sejalan dengan konsep pedagogi digital yang menekankan pentingnya literasi teknologi sebagai fondasi untuk mendukung kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah di kalangan siswa.

Nilawati, M.Pd., dari MTsN 2 Kota Pariaman, Sumatra Barat, menegaskan bahwa pembelajaran Informatika sangat dibutuhkan oleh peserta didik di zaman digital sekarang ini. Ia mencatat bahwa tanpa pemahaman yang baik terhadap teknologi, siswa akan tertinggal dalam menghadapi tantangan masa depan. Dalam konteks pedagogi, ini mendorong pentingnya pengembangan keterampilan abad 21, termasuk kemampuan berpikir komputasional, yang menjadi kunci dalam pendidikan modern.

Nur Choiriah Fitri, S.Pd., dari SDN Made I/475 Surabaya, turut berbagi pandangan serupa. Ia menekankan bahwa Informatika sangat diperlukan untuk pembelajaran saat ini. Teknologi kini menjadi alat penting dalam proses belajar mengajar, mengubah cara siswa mengakses informasi dan belajar secara mandiri. Pendekatan pedagogis berbasis teknologi membantu siswa berkembang menjadi pembelajar sepanjang hayat yang adaptif dan inovatif.

Ovenda Okviriana Putri dari SMK Doa Bangsa, Sukabumi, Jawa Barat, menyebut bahwa pengajaran Informatika merupakan hal yang "menyenangkan," terutama karena ilmu ini terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Guru, seperti dirinya, harus selalu memperdalam pemahaman dan keterampilan teknologi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dalam pedagogi, pendekatan berbasis eksplorasi dan eksperimen sering kali menumbuhkan rasa antusiasme pada siswa dan guru, menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis dan inovatif.

Siti Chalimah, S.Kom., yang bertugas di SMPN 29 Surabaya, mengakui bahwa meskipun mengajar Informatika menyenangkan dan menginspirasi, ada momen-momen sulit ketika tidak mampu menjelaskan materi dengan baik. Ini menunjukkan pentingnya pengembangan keterampilan pedagogi yang lebih inklusif dan adaptif untuk memahami beragam cara belajar siswa. Pembelajaran Informatika tidak hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang membangun kemampuan berpikir analitis dan kolaboratif.

Soni Ahrofi, dari SMP Islam Mentari Indonesia, Kabupaten Bekasi, merasa senang karena banyak hal baru yang ia pelajari dalam proses pengajaran Informatika. Pembelajaran berbasis teknologi membuka pintu bagi penemuan baru dan inovasi yang bisa diterapkan dalam kelas, memperkuat pengajaran dengan metode yang lebih menarik dan relevan.

Sri Winarsih, S.Pd., dari SMP Negeri 15 Surabaya, juga berbagi kegembiraannya dalam mengajar Informatika. Baginya, mata pelajaran ini adalah pengalaman yang "menyenangkan," mencerminkan bagaimana teknologi dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan menarik bagi siswa.

Sri Wulan, S.Sn., yang bertugas di SMP Negeri 2 Sijunjung, Sumatra Barat, mengatakan bahwa dalam mengajar Informatika, ia berusaha untuk tetap "telaten" dan ikhlas, meskipun menghadapi berbagai tantangan. Sikap gigih dan penuh kesabaran adalah bagian dari pedagogi reflektif, yang menuntut guru untuk terus belajar dari pengalaman mereka dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.

Vivi Yulia Yahya dari SMA IT Al Muchtar, Bekasi, menceritakan pengalamannya sebagai guru yang baru dua tahun mengajar. Meskipun awalnya keterpaksaan, kini ia merasa bersyukur karena dapat mengabdi sebagai guru Informatika dengan niat "lillahi ta'ala." Hal ini menyoroti pentingnya pedagogi berbasis hati, di mana keikhlasan dan ketulusan menjadi kekuatan dalam mendidik generasi penerus.

Melalui berbagai pengalaman dan perspektif ini, jelas bahwa pembelajaran Informatika memainkan peran krusial dalam menciptakan generasi yang siap menghadapi dunia yang semakin digital. Seminar Nasional Informatika yang akan diselenggarakan pada Oktober 2024 tidak hanya menjadi ajang untuk berbagi ilmu, tetapi juga untuk memperkuat komitmen guru dalam memajukan pendidikan berbasis teknologi di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline