Lihat ke Halaman Asli

Boleh kah?

Diperbarui: 28 Juli 2024   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Yani sedang dalam perjalanan pulang ke rumah setelah seharian beraktivitas. Cahaya senja mulai memudar, berganti dengan kilau lampu-lampu jalan yang berpendar lembut di sepanjang trotoar. Angin sore yang sejuk menyentuh kulitnya, membawa aroma tanah yang basah setelah hujan ringan tadi siang. Di kejauhan, suara burung-burung yang kembali ke sarangnya menambah suasana tenang.

Sambil memegang ponselnya, Yani membuka pesan dari Husen.

Yani melihat pesan terakhir dari Husen yang berbunyi, "Boleh kah." Ia tersenyum, teringat percakapan mereka tentang rencana Husen yang ingin membawa pulang beberapa barang dari tempat kosnya. Pikirannya melayang ke obrolan panjang mereka tentang printer, sepeda, dan kargo.

Suara notifikasi ponsel berbunyi lagi. Yani membukanya dan membaca pesan Husen yang baru masuk. Yani membalas pesan sambil berjalan, matanya tertuju pada layar ponsel. "Syudah Jumat malem," tulis Husen, menandakan kepulangannya yang sudah ditunggu-tunggu.

Percakapan mereka terus berlanjut, penuh dengan emoji dan candaan yang hangat. "Koper udah sampai," tanya Yani. Husen menjawab bahwa dia sedang berkemas dan bingung apakah harus membawa barang-barangnya sendiri atau menggunakan jasa kargo.

Yani memberikan saran, "Printer nanti abis wisuda katanya. Kalau mahal, coba cari yang murah seperti Lion Parcel atau Rosalia buat sepeda." Dia ingin memastikan Husen tidak kerepotan dalam urusan pindahan ini.

Yani kemudian mengingat pesan dari Husen tentang sepeda yang perlu diperbaiki. "Sepeda pake Rosalia," tulisnya. Husen setuju dan membalas dengan semangat, "Oke siap. Tak benerin dulu yak."

Obrolan mereka berlanjut hingga larut malam, membahas segala persiapan dan rencana. Yani merasa senang bisa membantu dan memberi saran, meskipun hanya lewat pesan singkat. Di tengah percakapan, Yani sempat tertawa ketika Husen bercanda tentang perbaikan sepeda. "Bapak mencurigakan," tulis Husen, membuat Yani tersenyum.

Malam semakin larut dan suasana semakin sunyi. Yani duduk di sofa, menikmati suasana tenang malam hari di rumahnya. Bau harum kopi dari dapur menyelinap, mengingatkannya pada obrolan panjang dengan Husen yang selalu membuatnya merasa dekat, meskipun mereka berada di tempat yang berbeda.

Dengan hati yang hangat, Yani menutup percakapan dengan pesan terakhir, "Coba tanya bengkel dulu." Ia menantikan hari di mana Husen akhirnya pulang dan mereka bisa berbagi cerita langsung, bukan hanya melalui layar ponsel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline