Lihat ke Halaman Asli

Panagara dan sang Pejuang Hak Cipta

Diperbarui: 12 Juli 2024   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sudut kota Bandar Lampung, sebuah percakapan menarik terjadi antara dua sahabat lama, Joko dan Bowo. Hari itu, Joko sedang membicarakan masalah hak cipta sebuah nama yang dianggapnya unik dan penuh sejarah, "Panagara".

"Harus segera didaftarkan HAKI ini nama Panagara," ujar Joko dengan semangat.

Namun, Bowo dengan cepat menanyakan hal penting lainnya, "Ya, tf berapa?"

Joko terdiam sejenak, kemudian melanjutkan, "Ternyata sudah banyak nama itu. Padahal dulu ibu atau bapak yang bilang itu dari koran terus disingkat sendiri kan."

Bowo, yang sedang dalam perjalanan menuju Jakarta dari Bandung, hanya bisa tersenyum kecil melihat semangat sahabatnya. "Kirim ke ibu," sarannya.

Joko yang merasa sedikit bingung melihat Bowo di stasiun, bertanya, "Mau kemana pak kok di Stasiun?"

"Bandung otw Jakarta," jawab Bowo singkat.

"Oh, ke Ps. Senen terus nge bus ke Lampung?" tanya Joko penasaran.

"Iya, mantap, jadi bagian komunitas ya pak," lanjutnya dengan nada penuh apresiasi.

Percakapan itu berlanjut dengan berbagai topik, mulai dari denda pos hingga bercanda tentang jokes bapak-bapak. Tak lama kemudian, Joko menerima informasi penting dari Bowo tentang bagaimana Google mencatat tempat-tempat yang dikunjungi pengguna, dan bagaimana itu bisa membantu dalam memberikan ulasan.

"Iyasih ya, tapi emang ngaruh di apa pak?" tanya Joko.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline