Lihat ke Halaman Asli

Rujak di Pantai Ketapang

Diperbarui: 28 Juni 2024   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Minggu pagi, 23 Juni 2024, suasana cerah di pondokan Pantai Ketapang dipenuhi keceriaan warga Gang Kutilang. Mereka berkumpul untuk menikmati kebersamaan dengan acara membuat rujak bersama. Angin pantai yang sejuk dan suara deburan ombak membuat suasana semakin menyenangkan.
Naily, Linda, dan Wati sibuk menyiapkan irisan buah-buahan segar di sebuah meja panjang. Ada potongan nanas yang kuning menggiurkan, jambu Jamaika yang merah segar, timun yang hijau renyah, dan bengkoang yang putih bersih.

"Sungguh nikmat melihat buah-buahan segar ini," kata Naily sambil memotong jambu Jamaika. "Pasti rujaknya nanti enak sekali."

"Iya, apalagi dengan bumbu yang sudah disiapkan Ibu Eka dari rumah," tambah Linda sambil mengiris timun. "Bumbunya pasti mantap."

Dokumen Pribadi

Ibu Eka datang membawa mangkuk besar berisi bumbu rujak yang sudah diulek dari rumah. Bumbu itu terdiri dari campuran cabai, gula merah, garam, terasi, dan air asam jawa. Aroma bumbu yang harum segera memenuhi udara.
"Kita mulai sekarang?" tanya Ibu Eka dengan senyum hangat. "Bumbunya sudah siap."

Warga Gang Kutilang mulai berkumpul, membawa piring plastik yang akan diisi dengan rujak. Naily, Linda, dan Wati bekerja sama mencampurkan potongan buah dengan bumbu rujak yang telah disiapkan Ibu Eka. Mereka memastikan setiap piring mendapatkan campuran buah dan bumbu yang merata.

Dokumen Pribadi

"Ini dia, rujak Pantai Ketapang!" seru Wati dengan semangat, sambil menyerahkan gelas pertama yang sudah diisi rujak kepada seorang warga.

Warga yang lain mulai mengantri, menerima piring plastik berisi rujak segar dan segera mencicipinya. Suasana penuh dengan tawa dan obrolan riang saat mereka menikmati rujak yang pedas, manis, asam, dan gurih.

Dokumen Pribadi

"Ini benar-benar enak," kata Pak Hartanto sambil mengunyah potongan nanas yang dibalut bumbu rujak. "Rasanya pas sekali."

"Saya setuju," kata Bu Indawan. "Buah-buahnya segar dan bumbunya mantap. Terima kasih Ibu Eka dan semuanya."

Naily, Linda, dan Wati merasa senang melihat warga menikmati hasil kerja keras mereka. Kebersamaan ini bukan hanya tentang menikmati rujak, tetapi juga tentang mempererat hubungan antarwarga.

"Ayo, kita foto bersama," ajak Linda. "Momen seperti ini harus diabadikan."

Mereka berkumpul di depan pondokan dengan latar belakang pantai yang indah, sambil memegang piring plastik berisi rujak. Seseorang mengambil foto, mengabadikan kenangan manis hari itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline