Lihat ke Halaman Asli

Jambu Jamaika

Diperbarui: 27 Juni 2024   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Pagi itu di Gang Kutilang, matahari baru saja muncul ketika Amet sedang mencuci mobil di halaman rumahnya. Gemericik air yang mengalir dari selang menciptakan suasana tenang dan damai. Di depan rumah, terdapat dua pohon buah yang sudah tua, satu pohon mangga milik Pak Rozak dan satu pohon jambu Jamaika milik Pak Indawan.

Amet tengah asyik menggosok bagian kap mobil ketika tiba-tiba Pak Indawan keluar dari rumahnya. Dengan langkah sigap, ia membuka pintu depan dan memanggil Amet.

"Met, ambil saja jambunya. Itu sudah jadi makanan codot, kelelawar," kata Pak Indawan sambil menunjuk ke arah pohon jambu Jamaika yang lebat buahnya.

Amet tersenyum mendengar tawaran tersebut. Sebelum sempat merespons, muncul Aldo dari ujung gang. Aldo masih mengenakan singlet putih dan mengalungkan handuk di lehernya. Rupanya ia sedang bersiap mandi, tetapi tergoda untuk bergabung mendengar obrolan mereka.

Dokumen Pribadi

"Eh, ada apa ini? Pagi-pagi sudah ramai," sapa Aldo dengan wajah penasaran.
Pak Indawan tertawa kecil dan menjulurkan galah paralon PVC yang ujungnya telah dipasangi potongan botol air mineral satu literan. "Ambil saja jambunya, Do. Banyak yang sudah matang, daripada dimakan kelelawar."

Aldo menyambut galah tersebut dengan antusias. "Baiklah, saya coba ambil beberapa," katanya sembari memposisikan galah ke arah buah jambu yang warnanya sudah merah kehitaman.

Amet menghampiri Aldo, memberikan arahan. "Yang itu, Do. Yang warnanya sudah merah gelap, itu sudah matang."

Aldo dengan cekatan mulai memetik buah jambu satu per satu. Sesekali, buah yang diambilnya jatuh ke tanah dan pecah, tetapi masih bisa dikonsumsi sebagian.

"Ah, sayang sekali jatuh," ujar Aldo sambil mengambil buah yang jatuh dan memeriksanya.

"Tidak apa-apa, Do. Yang penting kita bisa makan buahnya. Lagipula, kelelawar pasti sudah mengincar semua ini," kata Amet sambil tertawa.

Mereka terus memetik buah jambu, bercengkerama sambil menikmati pagi yang cerah. Buah-buah jambu yang sudah matang menumpuk di ember yang mereka bawa. Sesekali, mereka berhenti untuk menggigit jambu yang baru saja dipetik, menikmati rasa manis dan segarnya.

"Sungguh nikmat bisa menikmati buah segar langsung dari pohonnya," kata Aldo sambil menikmati buah jambu yang baru dipetik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline