Di Gang Kutilang, Perumahan Nusantara Permai, suasana siang itu sangat meriah. Warga setempat tengah bersiap untuk makan siang bersama usai melaksanakan pemotongan sapi kurban. Gang Kutilang dikenal karena warganya yang kompak dan selalu bahu-membahu dalam berbagai kegiatan.
Setelah sapi dipotong, dikuliti, dan dipisahkan dari tulangnya, panitia sibuk menimbang daging dan tulang-tulang sapi. Sepertiga bagian daging diberikan kepada pequrban, demikian juga dengan tulang-tulangnya. Tulangan jatah pekurban diserahkan ke panitia, panitia memutuskan untuk memasaknya bersama-sama. Sebagian tulang akan diolah menjadi sop dan pindang.
Beberapa warga dengan cekatan mulai mencuci tulang yang telah dipotong-potong. Tulang-tulang ini kemudian dimasukkan ke dalam dua buah panci presto yang sudah siap di atas dua kompor yang menyala. Supaya daging pada tulang menjadi lembut, proses perebusan dilakukan dua kali. Air rebusan pertama dibuang, kemudian ditambah air baru dan direbus kembali. Setelah itu, tulang-tulang dimasukkan ke panci yang sudah berisi bumbu yang telah disiapkan sehari sebelumnya.
Di sisi lain, warga lain sudah menyiapkan lalapan yang sudah direbus dan sambal terasi. Seorang warga dengan murah hati menyumbangkan 5 kilogram beras untuk dimasak, memastikan semua orang mendapatkan porsi nasi yang cukup. Ada juga seorang warga yang baru pulang dari Jogja dan membawa bakpia sebagai oleh-oleh untuk disantap bersama.
Panitia juga tidak lupa menyediakan minuman segar untuk menemani makan siang. Jeruk lemon diiris tipis-tipis dan dicampurkan dengan air larutan gula, menciptakan minuman yang menyegarkan. Selain itu, berbagai macam kue-kue lebaran berdatangan dari rumah-rumah warga, menambah semarak suasana.
Warga diminta membawa piring dan mangkok dari rumah masing-masing. Ketika semuanya sudah siap, dan makanan mulai disajikan. Aroma sop dan pindang tulang yang menggoda tercium di udara, membuat perut semakin lapar. Mereka duduk beralaskan banner bekas kegiatan sebuah lembaga pemerintah.
Di tengah suasana hangat itu, Mujiono, mengucapkan terima kasih kepada semua warga yang telah berpartisipasi. Ia mengingatkan bahwa acara seperti ini bukan hanya soal makan bersama, tapi juga mempererat tali silaturahmi antar warga.
Warga kemudian mulai menikmati hidangan. Suara riuh rendah percakapan dan tawa terdengar di sana-sini. Sementara itu, para ibu dengan cekatan menyajikan makanan, memastikan semua orang mendapatkan bagiannya.
Bakpia dari Jogya menjadi incaran banyak orang, sementara minuman jeruk lemon yang segar menghilangkan dahaga. Sop dan pindang tulang yang lezat mendapat pujian dari banyak warga. Semua makanan dan minuman terasa lebih nikmat karena dinikmati bersama-sama.
Siang itu, Gang Kutilang bukan hanya menjadi tempat makan siang bersama, tetapi juga menjadi saksi kehangatan dan kebersamaan warganya. Setelah makan, beberapa warga dengan sukarela membersihkan tempat, memastikan semuanya kembali rapi.