Lihat ke Halaman Asli

Cahaya Jingga Senja itu, Yani

Diperbarui: 3 Juni 2024   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di senja kali ini, di sebuah tempat yang paling sepi, Yani duduk sendiri di tepi hutan cemara. Angin lembut menerpa wajahnya, membawa aroma pinus yang khas. Di pangkuannya, terdapat beberapa catatan mimpi yang dia tulis selama bertahun-tahun. Tubuhnya telah lelah disiksa oleh kenangan yang tak kunjung pudar. Kerinduan yang sulit dia terjemahkan menghimpit dadanya, meninggalkan bekas yang mendalam.

Sambil menyaksikan remang cahaya di antara riap pohon cemara, Yani teringat masa-masa ketika dia tidak sendiri. Kenangan itu lesap ke dalam jenggala matanya, membangkitkan perasaan yang lama terpendam. Senja yang selalu menjadi saksi bisu kesepiannya kini terasa lebih menyakitkan. Setiap bilah cahaya jingga yang disembunyikan oleh malam seolah mengingatkan Yani pada kehilangan yang terus menghantuinya.

Namun, sebelum senja berganti rupa dan malam mengambil alih, Yani merasakan sesuatu yang berbeda. Sebuah rasa hangat menjalar dari dadanya, mengalahkan dingin yang merayap di kulitnya. Cinta, yang dulu pernah jatuh jauh ke dalam dadanya, kembali hadir. Bukan cinta yang menyakitkan, tapi cinta yang memberinya kekuatan untuk terus bertahan.

Yani tersenyum, menyadari bahwa dia tidak harus selalu membaca kesedihan dari setiap kenangan. Cahaya jingga senja itu, meski menyimpan banyak cerita pilu, juga membawa harapan. Harapan bahwa di balik setiap kesedihan, selalu ada kesempatan untuk menemukan kebahagiaan.

Meski pada akhirnya Yani tetap menemui sunyi, dia tidak lagi merasa sendirian. Di senja kali ini, dia belajar mencari terang dalam gelap sendiri. Dengan catatan mimpi di tangan dan cinta yang kembali bersemi di hatinya, Yani siap menghadapi hari-hari yang akan datang. Di tempat paling sepi itu, Yani menemukan ketenangan dan kekuatan baru untuk melangkah maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline