Lihat ke Halaman Asli

Selamat Jalan Pak Iqbal

Diperbarui: 27 Maret 2024   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Selasa, 26 Maret 2024. Joko duduk di bangku sekolahnya dengan serius, mata terfokus pada buku-buku teks di depannya. Tiba-tiba, getar di saku celananya memecah keheningan kelas. Pesan dari Tugiyo muncul di layar ponselnya, menyampaikan kabar yang tidak mengenakan. Ia menelan ludah, hatinya berdesir. Pak Iqbal, guru kesayangannya, kondisinya memburuk.

Tanpa ragu, Joko dan Tugiyo berdoa bersama dalam hati mereka, semoga Allah memberikan kesembuhan kepada Pak Iqbal. Namun, takdir berkata lain. Pukul 9.40, kabar menyedihkan datang lagi. Pak Iqbal telah meninggal dunia. Ia meninggalkan seorang Istri, Farida Harun,  4 orang anak; Almira, Ilham, Alda dan Fadila dan seorang cucu. Tiga hari sebelumnya, Sabtu, 23 Maret 2024 mereka berdua menjenguk beliau usai menjalani kemo.

Tugiyo segera mengajak Joko untuk pergi ke rumah duka. Di sana, mereka berdua turun tangan membantu mempersiapkan segala sesuatu untuk kedatangan jenazah. Kursi disusun rapi, karpet dilipat dengan hati-hati, dan suasana haru menyelimuti ruangan.

Saat ambulans tiba, hati Joko terasa berat. Mereka membantu mengangkat jenazah dan membacakan doa serta melantunkan surat Yasin yang dipimpin oleh ust. Ismail Zulkarnain, pimpinan pondok pesantren Riyadhus Solihin, Bandar Lampung, dengan penuh khidmat. Tampak dalam ruangan tersebut keluarga, kerabat dan handai tolan, tampak Pak Makmur, Pak Kasimun, Pak Said Karimin, Pak Aris Rayusman, Pak Agustami,Pak Mujiono dll.

Waktu untuk shalat Dzuhur tiba. Tanpa ragu, Joko dan Tugiyo meninggalkan rumah duka menuju mushola terdekat untuk menunaikan shalat. Shalat Dzuhur usai, imam shalat mengumumkan kepada jamaah bahwa untuk duduk sejenak mengirimkan doa atas wafatnya pak Iqbal. Setelah itu, mereka kembali ke rumah duka, di mana tamu terus berdatangan.

Persiapan untuk memandikan jenazah dilakukan dengan penuh kekhidmatan. Joko merasa haru dan terpukul, tapi ia juga tahu bahwa kematian adalah bagian dari takdir yang tidak bisa dihindari.

Menjelang waktu Ashar, jenazah dibawa menuju pemakaman di Jl. Drs. Warsito, Telukbetung, menggunakan sebuah mobil ambulan, sepanjang jalan banyak dijumpai pelayat, tampak papan bungan terus berdatangan dari berbagai pihak. Joko memutuskan untuk ikut dalam prosesi pemakaman tersebut sebagai bentuk penghormatan terakhirnya kepada Pak Iqbal.

Jenazah turun dari ambulans dengan perlahan, diantar oleh kerabat terdekat. Ilham, putra dari almarhum  dengan ketabahan yang luar biasa memasukkan jenazah ke dalam liang lahat. Ilham mempersembahkan Azan dan Qomat dengan khidmat, mengheningkan suasana dengan kedamaian yang tersirat dalam lantunan suci tersebut.

Petugas makam kemudian menutup liang lahat dengan tanah secara perlahan, membenamkan tubuh yang tercinta ke dalam pangkuan ibu bumi. Doa-doa pun terucap, mengiringi perpisahan yang tak terelakkan. Setelah segala prosesi pemakaman selesai, Pak Rahman Harun, seorang kerabat dekat keluarga, berdiri di depan semua yang hadir. Suaranya terdengar tegas saat mengajak para tamu untuk bersama-sama mendoakan almarhum di rumah duka sore ini.

Joko bersua dengan Pak Sukandi, mereka berjalan keluar area makam seraya bercakap ringan. Pak Sukandi juga pernah menjabat sebagai kepala MTsN 1 Bandar Lampung. Menjelang pukul 4:30 jamaah sudah siap mereka memasuki ruangan untuk mengikuti pembacaan surat yasin, tahlil dan do'a, semua yang hadir, merasa hampa namun juga penuh dengan keteguhan. Mereka diminta hadir kembali di rumah duka selama tiga hari untuk menyampaikan doa-doa terbaik bagi almarhum.  

A. Comprehension Questions MCQs

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline