Akhir tahun 2013 dalam ingatan kita mungkin masih teringat, bahwa pada saat itu pemerintah mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan "Low Cost Green Car". Mobil yang katanya murah dan ramah lingkungan itu sempat menimbulkan konflik opini, karena banyak pihak yang terlibat pro dan kontra-nya.
Namun sekarang apakah kita masih memperhatikan kelanjutan kebijakan tersebut? Apakah benar-benar sudah sesuai dengan tujuan awal diluncurkan yaitu "agar masyarakat ekonomi menengah juga bisa merasakan memiliki mobil"
Dulu saya adalah salah satu orang yang paling tidak sepakat dengan adanya mobil murah, walaupun katanya mobil tersebut ramah lingkungan. Karena saya berasumsi bahwa ;
Pertama, mobil tersebut akan menambah kemacetan terutama di kota-kota besar. Logika yang saya pakai adalah bahwa ketika menuangkan air ke dalam gelas yang sudah penuh, maka air tersebut akan tumpah. Sama halnya ketika kita menambah volume kendaraan di jalanan yang sudah macet, malah hanya akan menambah kemacetan. Lantas mau tumpah kemana mobilnya?
Kedua, kalau green car nya hanya dikarenakan mobil ini harus diisi dengan pertamax, saya rasa itu adalah alasan yang di ada-ada. Kalau memang ingin membuat green car kenapa tidak mengembangkan teknologi yang tidak menggunakan bahan bakar selain minyak bumi?
Ketiga, saya tidak yakin bahwa pemasaran mobil murah ini akan tepat sasaran. Dengan harga segitu, kalangan menengah pun akan merasakan keberatan untuk membelinya. Satu lagi, dengan kewajiban mengisi pertamax, apakah masyarakat menengah nantinya akan mampu?
Dan sekarang apa yang terjadi?
Beberapa menit yang lalu, saya sempat tertegun dengan sebuah berita yang dimuat di sebuah media online terkemuka di Indonesia. Dalam tulisan tersebut, penulis menganalisa penggunaan mobil murah yang diselewengkan.
Mungkin jika ada waktu untuk membaca silahkan baca sendiri artikelnya : Mobil Murah untuk Gaet Ayam Kampus
Kalau memang benar hal tersebut terjadi (bukan hanya opini) berarti mobil murah tidak tepat sasaran. Bahkan saya menilai, adanya mobil murah ini memicu penyelewengan oleh beberapa pihak. Seperti yang tertulis di artikel di atas bahwa mobil murah dijadikan sebagai 'umpan' untuk merayu ayam kampus.
Satu kasus lagi, bahwa yang membeli mobil murah tersebut adalah seorang pegawai kementrian yang berniat membelikan mobil murah untuk istrinya karena beliau merasa kasihan jika istrinya harus memakai sepeda motor untuk berangkat bekerja. Tapi hanya dua kali digunakan akhirnya mobil tersebut mangkrak di garasi karena istrinya tidak kuat melalui kemacetan di jakarta.
Pemerintah Akan Lebih Bijak Apabila Mencabut Kebijakan Mobil Murah
Kita tidak perlu munafik, bahwa mayoritas bahkan semua mobil dan kendaraan yang membuat macet jalan di negara kita adalah hasil industri luar negeri. Jadi bukan negara kita sendiri yang memproduksinya. Jadi siapa yang meraup untung besar?