Lihat ke Halaman Asli

If I Love You.. (Bagian IV)

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“AARGHHHHHHH!” dengan kesal Libby berteriak pada Momoka sahabatnya.

“Kenapa Libby ? Mood mu sedang tidak beres ya ?”

“Niji tidak ada kabar..” ucapnya dengan lemas.

“Sibuk ? Atau sudah pulang ke Singapura ?”

“Engga mungkin dia sudah balik, kalau dia balik kenapa dia tidak menghubungi ku?”

“Memang sudah berapa lama dia tidak menghubungi mu ?”

“Terakhir kami ketemu sekitar 1 minggu yang lalu.”

“Jadi, Niji kemana ?”

“Momo kalau aku tahu aku engga mungkin khawatir sana dia,”

Tiba – tiba terdengar bunyi handphone Libby.

Akira.. Kenapa dia menelpon ?

“Halo, Akira ada apa ? Sebentar ya Akira. Momo aku kesitu sebentar ya, disini suaranya tidak kedengaran jelas.”

“Iyaa” jawab Momoka dengan singkat.

“Kenapa Akira ?”

Terlihat raut muka Libby yang serius dan makin lama terdengar isak tangis dari raut wajah Libby. Setelah menutup telephone Libby terlihat badannya hampir jatuh dengan sigap Momoka segera memegangi sahabatnya tersebut.

“By.. By.. Kenapa ? Apa kata Akira ?” tanya sahabatnya yang cemas pada keadaan Libby.

“Ni..Ni..Niji..” dengan suara terbata – bata.

Tangis Libby tak terbendung lagi, tangisnya pecah sehabis dia menerima telephone dari Akira. Pikirannya kacau. Hatinya hancur seperti terhempas kedalam jurang yang sangat dalam. Dengan cepat Ia meraih kunci mobil yang ada dimeja dan segera meninggalkan Momoka dan pergi menuju tempat yang dikatakan Akira. Libby meraih telephone dari saku bajunya dan menelphone

“Akira kamu dimana ?” tanya gadis itu panik.

“Oke, sebentar lagi aku sampai,”

Setelah memakirkan mobilnya, Libby segera masuk menuju ruang Instalasi Gawat Darurat, terlihat dari kejauhan Akira sedang menunggu kehadiran Libby. Semakin mendekat semakin mendekat tibalah Libby disebuah ruangan dengan laki – laki didalamnya. Sungguh sulit dipercaya yang ada dihadapan  atau lebih tepatnya didepan mata Libby adalah Niji.

Para dokter berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkannya, suster – suster yang ada disana pun nampak sibuk memasang berbagai macam peralatan ditubuh Niji. Tubuh Libby seakan terguncang sangat hebat melihat keadaan Niji sekarang, tak ada kata – kata yang keluar dari mulut Libby. Akira mencoba menghampiri Libby yang diam seribu bahasa melihat kondisi Niji.

“Niji didiagnosa menderita tumor ganas sekitar 1 tahun yang lalu, seharusnya dia tidak menganggap enteng penyakitnya. Malam itu, sehabis dia jalan sama kamu dia pergi menemui dokter untuk berkonsultasi mengenai penyakitnya. Dokter bilang harapan untuk sembuh sangat kecil sisanya hanya keajaiban yang dapat membuat sehat kembali seperti dulu. By, cuman kamu harapan dia untuk bertahan sampai saat ini. Tenang saja, Niji pasti menjelaskan semuanya pada mu. Aku pergi dulu nanti aku kembali lagi kesini,” setelah memegang bahu Libby, Akira pergi.

Tuhan.. Selamatkan dia..

Terdengar bisikan kata tersebut yang keluar dari mulut Libby. Hampir setengah jam lebih Libby menunggu, dokter yang menangani Niji pun keluar. Kondisi Niji sudah stabil, Niji berhasil melewati masa kritisnya. Sekitar beberapa menit sehabis masa kritisnya Niji sadar, suster mengijinkan Libby masuk kekamarnya. Terlihat kondisi Niji yang sangat lemah tampak tak berdaya membuat hati Libby semakin teriris melihatnya.

Sekuat tenaga Libby menahan tangisnya tak pecah saat melihat Niji. Libby memberanikan diri untuk duduk didekat Niji.

“Libby..” katanya dengan keadaan masih setengah sadar.

“Iyaa” sahut Libby sambil menggenggam tangan Niji.

“Kamu.. Tahu dari mana aku disini ?”

“Akira menelphone ku. Niji, kalau kamu sakit harusnya kamu segera kerumah sakit. Bukankah dulu aku bilang jaga kesehatan mu, jangan sibuk dengan pekerjaanmu.”

Niji memalingkan wajahnya dari hadapan Libby. Hal itu tentu saja membuat air mata Libby semakin tak terbendung lagi.

“Aku hanya ingin memakai waktu ku yang semakin sedikit ini untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Selebihnya aku ingin menghabiskan waktu dengan mu, ternyata aku salah penyakit ini semakin cepat menggrogoti tubuhku. Jadi mulai sekarang, aku mohon sama kamu jangan pernah datang lagi kesini, aku bisa sendiri, aku bisa tanpa bantuan mu. Jadi, pulanglah.” Ucap Niji dengan kasar.

“Tidaak.. Aku tidak mau, aku akan kesini menunggumu sampai kapan pun. Aku tahu kelakuan ku ini sangat konyol tapi, semua ini aku lakukan karena aku sayang sama kamu. Jadi, mau kamu ngusir aku seperti apapun aku engga peduli aku pasti datang dan akan membawakan semua kebutuhan mu”

“Terserah! Keluar dari kamar ini sekarang!” Niji mengusir Libby untuk meninggalkannya.

Dengan berat hati Libby melangkahkan kakinya meninggalkan kamar tersebut. Tak lama setelah Libby keluar air mata Niji keluar, entah penyesalan apa yang ada dalam dirinya sehingga Ia berucap sangat kasar pada gadis itu.

Siaaall.. Kenapa aku harus mengatakan hal itu ? Gadis itu pasti tidak akan datang lagi..

****

Keesokan paginya setelah kejadian itu, Libby berusaha untuk tersenyum dihadapan Niji. Setelah menyiapkan sarapan untuk Ia dan Niji pergilah Libby menuju apartement Niji untuk mengambil beberapa keperluan Niji saat dirumah sakit.

Sesampai Libby di apartement gadis itu pun mengambil kunci yang biasanya Niji taruh didekat sebuah pot bunga yang tampak layu, masuklah Libby ke apartement itu. Suasana apartement yang berantakan dan tampak tak terurus menandakan bahwa Niji sangat sibuk sampai tidak membersihkan apartementnya. Gadis itu pun berusaha merapikan apartment itu, setelah mencuci piring terdengar nyala mesin penyedot debu dari arah ruang keluarga.

Tinggal kamar Niji yang belum dibersihkan, dengan membawa penyedot debu tersebut masuklah Libby kekamar itu. Suasana kamar yang begitu indah dengan biru laut menghias warna dinding kamar itu ditambah perabotan yang tampak classic membuat kamar itu berkesan elegan bagi gadis itu. Dengan sibuk Libby mencari springbed yang cocok untuk kamar Niji, lalu Ia pun membersihkan meja kerja Niji. Setelah merapikan beberapa kertas yang berserakan diatas meja, terlihat catatan untuk Libby yang ditinggalkan Niji untuknya, spontan air mata Libby pun mengalir. Surat terakhir yang ditulis oleh Niji untuknya.

Setengah jam Libby membersihkan apartement tersebut dan menyiapkan beberapa perlengkapan untuk Niji, Libby pun berangkat menuju rumah sakit. Setelah mengunci pintu Libby pun pergi. Libby sampai dirumah sakit setelah memarkirkan mobilnya Ia pun masuk kekamar Niji.

“Selamat pagi.. Aku bawa barang yang mungkin kamu perlukan. Kalau tidak keberataan..”

“Aku tidak perlu apa – apa..”

“Hmm.. Bagaimana keadaanmu ?”

“Itu bukan urusanmu..”

“Hmm.. Aku membawakan beberapa perlengkapan yang mungkin dapat kau gunakan saat disini. Kalau begitu aku pergi dulu ya siapa tahu aku mengganggumu”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline