Lihat ke Halaman Asli

Lingkaran Tuhan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ini perjalananku, ketika memasuki sebuah lingkaran Tuhan. Aku merasakan kedamaian didalamnya. Bagaikan air yang mengalir dengan tenang di kedalaman hutan yang jauh dari perkotaan. Terdengar kicauan burung sedang bernyanyi. Katakpun ikut berdansa dengan riang. Mulutnya (katak) berbicara dengan alam. Sedangkan alam sedang bertasbih pada Tuhan. Semuanya bertasbih pada Tuhan dengan cara yang berbeda. Semuanya tunduk dan bersujud pada Tuhan.
Semuanya ini mengingatkan aku untuk bertasbih juga kepada Yang Maha kuasa. Namun kadang hatiku berrsedih, acapkali angin panas datang kepadaku, entah dari mana angin itu berasal. Dan dia (angin) selalu membisikkan ke telingaku “ayo ikut terbang bersamaku”. Dia mengulanginya beberapa kali, hampir ribuan kali ke telingaku. Sampai aku tertidur dibuatnya.
Kemudian aku terbangun, tapi dia terus mengulanginya kembali. Lalu aku bantahnya dengan suara lancang. Tidak! Aku tidak akan pernah ikut bersamamu, karena keluargaku berada denganku. Pergilah dengan keluargamu sendiri. Aku ingin menjadi keluarga Tuhanku. Bukan menjadi keluargamu.
Angin panas itu telah pergi. Kini aku telah menjadi kelurgaku dengan segala ketenangan jiwa. Damai, tentram, itulah yang aku rasakan. Beradu pandang dengan mereka (keluargaku), semakin jelas aku memandang alam. Beradu telinga, semakin nyaring pendengaranku. Beradu lidah, semakin sering aku mengucapkan kata “cinta.”
Aku merasa kebahagiaan telah datang kepadaku. Bersama keluargaku tercinta. Namun ketika hatiku beradu secara bersamaan, akalku semakin bercabang saja. Kadang bertentangan, kadang sejalan. Itulah anugerah tuhan. Indahnya perbedaan.
Lingkaran Tuhan itu adalah dimana tempat aku teremenung sambil tanganku menggenggam al-Qur’an, dan kemudian dihafalnya. Dikelilingi oleh sekumpulan orang yang juga menggenggam al-Qur’an. Satu keinginan untuk menghafal kalam Ilahi. Namun sejuta perbedaan yang tertanam dalam akal manusia. Berbeda tapi satu tujuan. Jika didasari oleh hati yang ikhlas.
Pernah suatu saat, Rasul berkhutbah di kalangan orang banyak. Beliau menyebutkan bahwa Allah mempunyai keluarga. Sebagaimana kita mempunyai keluarga. Para sahabat bertanya, “Ya Rasul, siapakah keluarga Allah itu? Beliau menjawab, “Dialah orang yang selalu menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an.” Pondok Pesantren Tahfidz al-Qur’an Manba’ul Furqan adalah tempat keluargaku tercinta.[]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline