Lihat ke Halaman Asli

Dilema Bahasa Indonesia

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Comment allez-vous? je vais bien, merci. Ya, kita akan sangat disambut baik oleh orang-orang Perancis ketika kita menggunakan bahasa mereka jika kita berkunjung ke negara yang tenar dengan menara eiffel tersebut. Mereka tidak peduli sejelek apa sebenarnya bahasa Perancis kita, yang penting menurut mereka adalah usaha kita untuk memakai bahasa mereka ketimbang bahasa Inggris. Perancis sangat terkenal dengan keangkuhan mereka terhadap bahasa nasional mereka, kebanyakan dari warga Perancis tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik dan benar dan mereka merasa itu bukan sesuatu yang harus menjadikan mereka malu. Bagaimana dengan orang Indonesia dengan bahasa kebanggaannya yaitu BAHASA INDONESIA?

Ingat dengan selebaran ini? ini adalah salah satu contoh bagaimana kita sebagai orang Indonesia lebih 'nyaman' menggunakan bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia. Hampir 90 persen papan reklame yang bertebaran di Jakarta atau di kota-kota besar di Indonesia menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya, yang sepertinya bahasa Inggris adalah bahasa nasional kita. Benarkah demikian? Benarkah kita sudah tidak mencintai bahasa persatuan kita sendiri? Benarkah kita sudah lebih bangga menggunakan bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia didalam kehidupan kita sehari-hari? Indonesia, dengan ribuan pulau dan suku mempunyai bahasa daerah yang tak terhingga, bayangkan jika pada tanggal 28 Oktober 1928 tidak ada segelintir anak muda yang memprakarsai sumpah pemuda. Bisa dipastikan tidak akan ada yang namanya bahasa Indonesia di negara yang kita cintai ini. Setiap daerah akan merasa bangga dengan bahasa daerah mereka masing-masing dan semua orang akan kesulitan untuk berkunjung ke daerah-daerah lain karena terkendala bahasa yang berbeda. Imbasnya, akan sangat sulit untuk bisa mempersatukan 200 juta jiwa orang Indonesia dan akan menjadi mustahil memajukan negara kita ini.

Jika kita sangat bersyukur kepada Moehammad Yamin sebagai penggagas Sumpah Pemuda, lalu kenapa sekarang kita seperti 'mendewakan' bahasa asing ditanah air kita? Hanya sebagai negara dunia ketiga dikancah internasional, Indonesia hanya bisa meng-ekor negera-negara maju didunia. Dari mulai hal besar seperti mata uang perdagangan dunia sampai pada hal sekecil gaya hidup warganya dan tak terkecuali dalam urusan bahasa. Seperti kita tahu, bahasa Inggris adalah salah satu bahasa internasional organisasi PBB, sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris diperlakukan seperti sesuatu yang sakral, semua warga dunia diharuskan menguasai bahasa Inggris. Lagi-lagi, tak terkecuali orang-orang Indonesia. Saya adalah lulusan sastra Perancis dan saya menguasai bahasa Inggris dengan sangat baik. Dengan sangat jujur, saya termasuk orang yang sangat nyaman menggunakan bahasa Inggris dikehidupan sehari-hari saya. Bahasa adalah sesuatu yang harus dilatih setiap hari, menghabiskan bertahun-tahun belajar bahasa asing tidak menjadikan anda mahir berbicara atau mengerti bahasa asing. Semakin sering anda menggunakan atau mendengarkan bahasa asing akan semakin cepat anda bisa dan mengerti bahasa asing, bahkan tanpa harus mengikuti kursus. Seiring arus globalisasi yang makin kencang, persaingan di dunia profesional sudah tidak terbatas antara orang-orang Indonesia saja, tetapi sudah mengikutsertakan orang-orang asing dan untuk bisa bersaing, kita dituntut untuk menguasai bahasa asing salah satunya bahasa Inggris. Menjelang AFTA (ASEAN Free Trade Area) ditahun 2015 mendatang, dimana kita tidak lagi hanya berdagang dengan sesama orang Indonesia, bahasa Inggris menjadi sangat penting untuk dikuasai dan dengan biasa menggunakannyalah kita akan bisa mahir berbahasa Inggris. Mencintai tidak harus memiliki, kutipan tersebut bisa sedikit menggambarkan dilema yang kita miliki saat ini, jika harus dirubah sedikit, Mencintai tidak harus menggunakan. Kita sering sekali mendengar kutipan yang pertama, bukan kasus yang aneh jika ada seseorang yang mencintai seseorang yang tidak bisa dimiliki, dan kutipan diatas akan sangat pas untuk menggambarkan situasi tersebut. Setali tiga uang dengan urusan percintaan, mencintai bahasa Indonesia bukan berarti harus terus menggunakan bahasa Indonesia tanpa harus beradaptasi dengan keadaan. Keadaan yang ada sekarang menjadikan bahasa asing khususnya bahasa Inggris sebagai kebutuhan untuk kita bisa maju dan berkembang, bukan berarti kita tidak bisa sukses dengan hanya bermodalkan bahasa Indonesia, tetapi akan sangat membantu jika kita menguasai bahasa asing. Menggunakan bahasa Inggris setiap hari bukan berarti kita melupakan bahasa nasional kita, kita hanya mencoba menjadi individu yang bisa bersaing di dunia profesional yang imbasnya akan menjadikan kita berpenghasilan lebih baik dan mempunyai kualitas hidup yang juga lebih baik. Apakah salah untuk bermimpi setinggi langit? saya yakin anda akan menjawab, tidak. Saya sangat bangga lahir dan besar di Indonesia. Menjadi orang Indonesia adalah sebuah anugrah dan bisa berbahasa Indonesia adalah satu keunggulan yang selalu saya banggakan. Berbanggalah dengan fakta bahwa Indonesia termasuk salah satu tujuan investasi perusahaan-perusahaan besar dunia. Berbanggalah menjadi orang Indonesia yang mahir berbahasa asing. Berbanggalah dengan fakta kita siap bersaing dengan bule-bule dinegara kita tercinta. Pada saatnya nanti, kita akan jadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional yang mereka harus kuasai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline