Lihat ke Halaman Asli

"Idol Democracy" dan Bahayanya

Diperbarui: 11 April 2018   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dilansir dari RMOL.co

Dengan adanya demokrasi, masyarakat bisa menyuarakan apa yang masyarakat kehendaki. Bahkan ekstrimnya, masyarakat bisa menyuarakan untuk menolak demokrasi. Di Indonesia sendiri semenjak Orde Baru tumbang, demokrasi berkembang cukup baik. Terbukti dengan banyaknya antusias parpol untuk mengikuti pemilu dan adanya pemilu secara langsung oleh rakyat baik. Bahkan di 2014 kemarin, Dunia Internasional mengapresiasi kualitas pemilu di Indonesia, hal itu sebagai bukti bahwa demokrasi di Indonesia berjalan dengan baik.

Seiring perkembangan jaman, demokrasi di Indonesia mulai menunjukkkan tanda-tanda perubahan wujud baru atau evolusi. Kontestasi politik yang panas di Pemilu 2014 dan Pilkada 2017 (khususnya Jakarta) menimbulkan rasa fanatisme di kalangan masyarakat. 

Masyarakat yang fanatis ini sudah bagaikan para fans-fans KPOP yang gemar TwitWar membela para idol nya dan bahkan sampai terkesan lebay, atau masyarakat menyebutnya makhluk alay. Kefanatisan pada elit-elit politik ini yang nantinya bisa memunculkan Idol Democracy, dimana para elit politik dipuja-puja seperti idol KPOP atau bahkan seperti nabi, sedangkan elit musuh dihina-hina bagaikan pengkhianat negara. Fanatisme pada elit politik ini dapat membutakan pandangan objektif kita terhadap kebijakan-kebijakan para elit. 

Sejauh ini kuantitas haters-lovers, pro-kontra memang masih seimbang dan sebaiknya kita harus menjaga keseimbangan ini karena apabila banyak lovers, bisa-bisa memunculkan bibit-bibit kediktatoran. Sedangkan banyak haters, bisa memicu revolusi. Adanya fanatisme ini malah dimanfaatkan para parpol untuk memenangkan pemilu yang akan datang. 

Secara ekstrim, Indonesia bisa pecah gara-gara fanatisme seperti ini. Kita lihat saja pemilu/pilkada yang telah lalu, banyak cerita-cerita gegara beda pilihan, seperti pacaran lama putus, hubungan kekerabatan putus, bahkan ada yang keluarganya pecah.

Adanya haters-lovers memang sehat, tapi jangan tinggalkan akal sehat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline