Lihat ke Halaman Asli

Mozes Adiguna Setiyono

Seorang keturunan Tionghoa tetapi hati tetap Merah Putih.

Australia Ancam Boikot Pariwisata, Indonesia Dapat Ancam Boikot Sapi

Diperbarui: 10 Mei 2020   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Myuran Sukumaran dan Andrew Chan

Akhir-akhir ini hubungan antara Indonesia dengan Australia cukup memanas. Pasalnya Australia terus menekan pemerintah Indonesia untuk segera membatalkan eksekusi mati terhadap dua gembong narkoba asal Australia yakni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Presiden Joko Widodo telah menolak permohonan grasi terhadap 64 gembong narkoba. Pria yang biasa disapa "Jokowi" ini telah menyatakan bahwa Indonesia sedang "darurat narkoba".

Sebelumnya PM Australia Tony Abbott telah menulis surat untuk Presiden Joko Widodo supaya eksekusi mati terhadap dua warga negaranya ditunda bahkan dibatalkan. Akan tetapi, Tony Abbott tidak ingin masalah dua gembong narkoba ini merusak hubungan antara Indonesia dan Australia. Namun kini Menteri Luar Negeri Julia Bishop justru menciptakan provokasi dengan mengancam akan memboikot pariwisata Indonesia. "Saya pikir orang Australia akan menunjukkan ketidaksetujuan mereka atas eksekusi ini dan itu menjadi salah satu pertimbangan mereka saat menentukan hendak ke mana saat liburan," ancam Julia Bishop.

Menteri luar negeri Australia Julia Bishop (Sumber gambar : foreignminister.gov.au)

Apakah Indonesia perlu khawatir terhadap ancaman boikot dari pemerintah Australia? Tidak, Indonesia tidak perlu khawatir. Masih ada banyak wisatawan dari negara-negara lain yang mau berkunjung ke Indonesia. Sektor pariwisata Bali sebagai destinasi wisata favorit di Indonesia tidak akan mati hanya karena diboikot Australia. Apalagi saat ini sedang booming beberapa tempat wisata baru di Indonesia seperti Raja Ampat, Mentawai, dan Komodo. Jadi sektor pariwisata Indonesia tidak mungkin anjlok kalau tidak ada satu pun wisatawan Australia yang berkunjung ke Bali.

Di sisi lain, Indonesia adalah tujuan ekspor terbesar sapi Australia. Indonesia dapat membalas memboikot sapi dari Australia sewaktu-waktu. Australia mau tidak mau harus mencari pasar baru untuk sapi-sapi mereka. Melihat kemampuan daya beli masyarakatnya, Timor Leste dan Papua Nugini sebagai negara tetangga Australia tidak dapat menggantikan posisi Indonesia sebagai pasar terbesar mereka. Hanya RRT yang kemungkinan besar dapat menggantikan posisi Indonesia. Namun biaya pengirimannya akan jauh lebih besar dibandingkan pengiriman ke Indonesia.

Memang pada awalnya harga daging sapi akan meningkat sangat signifikan. Namun apakah kita akan mati kalau tidak makan daging sapi? Pemboikotan sapi dari Australia justru secara tidak langsung dapat membantu para peternak Indonesia untuk berkembang. NTB dan NTT dengan iklim padang rumputnya dapat menjadi “peternakan nasional”. Pemerintah Indonesia jangan hanya fokus kepada budidaya beras saja. Sebagai contoh, Indonesia dapat kembali menghidupkan gaya hidup makan jagung dan sagu yang kini mulai tersingkirkan oleh gaya hidup makan nasi.

Padang rumput di Pulau Nuca Molas, NTT (Sumber gambar : travel.detik.com)

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, peribahasa ini perlu direnungkan oleh para pejabat Australia. Tentu saja pemerintah Australia ingin menolong warga negaranya yang akan dieksekusi. Akan tetapi, itu bukan berarti pemerintah Australia harus sampai mengancam negara lain. Dengan Australia mengancam Indonesia, hal ini justru membuat orang-orang Indonesia menjadi semakin benci terhadap Australia.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline