Lihat ke Halaman Asli

Dampak Psikologis Sexual Harassment

Diperbarui: 3 Desember 2022   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Moura Putri Setiasih

Kasus pelecehan seksual kini sudah tidak asing lagi terdengar di telinga masyarakat. Pelecehan seksual dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Pelaku pelecehan seksual bisa siapa saja, bisa orang yang tidak dikenal maupun orang yang dikenal, bisa teman, orang tua, kakek, nenek, paman dan bibi. Pelecehan seksual juga bisa terjadi dimana saja seperti sekolah, jalan raya, transportasi umum, toilet, dan lain-lain.

Pelecehan seksual adalah jenis intimidasi yang dimaksudkan untuk menyakiti atau mengintimidasi seseorang. Hal ini mencangkup membuat lelucon, komentar, atau isyarat seksual kepada seseorang dengan menyebarkan rumor seksual secara langsung melalui teks atau online dengan menulis pesan seksual.

Komnas HAM perempuan berpendapat pelecehan seksual merupakan perilaku yang bersifat seksual baik melalui kontak fisik maupun nonfisik, kegiatan ini dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman, merasa direndahkan harga dirinya dan pada akhirnya menimbulkan masalah kesehatan fisik dan mental.

Ironisnya masyarakat seringkali menyalahkan korban pelecehan seksual mulai dari menyalahkan cara korban berpakaian, tidak bisa menjaga diri. Padahal cara berpakaian saat ini tidak mempengaruhi seseorang yang mengalami pelecehan seksual, banyak diantara mereka yang sudah berpakaian tertutup tetapi menjadi korban pelecehan seksual.

Pelecehan seksual nonfisik juga sering terjadi di platform tiktok maupun Instagram. Mereka melakukan pelecehan dengan cara berkomentar pada sebuah foto atau video salah seorang pengguna dengan kata-kata yang mengomentari bentuk fisik yang berbau seksual, menunjukkan gambar atau video yang tidak pantas kepada seseorang. Contoh bentuk pelecehan seksual melalui fisik seperti menarik pakaian seseorang dan menyentuh seseorang dengan sengaja secara seksual.

Kebanyakkan korban pelecehan seksual tidak berani untuk angkat bicara atas kejadian yang telah dialaminya karena sebagian dari mereka merasa malu, bingung dan takut tidak mendapat kepercayaan dari masyarakat akibat kurangnya pemahaman mengenai tindak pelecehan seksual di lingkungan sekitar.

Dampak psikologis pada korban akibat pelecehan seksual meliputi perasaan terhina, marah, dikucilkan, putus asa, kesepian, dikhianati, frustasi, perasaan terintimidasi, degradasi, dan rasa bersalah (Zastrow dan Ashman, 1989; Abbot, 1992; Magley dkk., 1999). Dampak-dampak individual secara psikologis yaitu dapat menimbulkan gangguan fisik berupa sakit kepala, pusing, kehilangan berat badan, maag, kehilangan nafsu makan, sulit tidur, dan kelelahan yang teramat sangat sehingga membutuhkan perawatan terpuitik untuk membantunya melepaskan diri dari gangguan tersebut (Allgeier dan Allgeier, 1991;Abbot, 1992; Magley dkk., 1999).

Besar dampak pelecehan seksual dipengaruhi oleh kondisi mental korban paada saat kejadian, istilah yang relevan adalah pemahaman dan persepsi korban. Beberapa faktor yang mencegah fenomena pelecehan seksual muncul ke permukaan terutama faktor individu. Korban pelecehan seksual dihadapkan pada pilihan yang sama-sama menyakitkan yaitu kerugian yang dihadapi akibat pelecehan seksual dan rasa malu bila masalahkan dipublikasikan.

Ketika terjadi pelecehan atau kekerasan seksual bicarakan pada orang dewasa atau orang yang dapat dipercaya. Melaporkan tindak pelecehan seksual sangat penting ini dapat mencegah pelaku melakukannya lagi kepada orang lain dikemudian hari.

Demikian yang dapat saya sampaikan, dengan segala keterbatasan literasi,  saya mohon maaf apabila ada kekurangan semoga artikel ini bisa berguna bagi yang membacanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline