Lihat ke Halaman Asli

Biarkan Kali Ini Aku Marah Pada Australia

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir akhir ini beredar rekaman video Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop di situs youtube, yang dirilis pada 11 Februari 2015. Dengan penuh emosi di depan anggota parlemen yang hadir, Bishop memintaIndonesia, agar "mengerti” nasib keluarga yang ditinggalkan oleh terpidana mati dua warga negara Australia, dalam kasus kejahatan penyelundupan Narkoba.

Dua napi warga negara Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, ditangkap pada 17 April 2005 di Bali, dalam upaya menyelundupkan heroin seberat 8,2 kilogram ke Australia, bersama Si Yi Chen, Micel Czugaj, Renae Lawrence, Tach Duc Thanh Nguyen, Mattew Norma, Scott Rush, dan Martin Stephens.Pengadilan Negeri Denpasar memvonis Lawrence, Czugaj, Stephens, dan Rush dengan hukuman seumur hidup. Sedangkan Myuran Sukumaran dan Andrew Chan dihukum mati. (beritasatu.com, 8/2/2015).

Sebelumnya, pada Jumat (30/1), Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, eksekusi mati terhadap terpidana kasus narkoba asal Australia akan berjalan terus sesuai rencana, sekalipun diprotes rakyat negara itu.

"Kita tetap akan jalankan hukum yang berlaku di negeri kita. Saat grasi mereka ditolak presiden, maka hukuman mati otomatis jalan terus," kata JK, kepada pers di Kantor Wapres Jakarta, Jumat (6/2).

Wapres mengakui, Duta Besar Australia untuk Indonesia juga sudah bertemu dengannya memohon keringanan dua terpidana mati tersebut. Namun pihaknya meminta hendaknya Australia mengerti hukum Indonesia.

Di kesempatan lain, Bishop menyatakan, Pemerintah Australia amat mungkin menarik Duta Besar mereka dari Jakarta bila dua warganya tetap dieksekusi mati. (http://www.bbc.co.uk/).

Apapun keinginan mereka, jika harus mengorbankan harga diri dan kedaulatan Indonesia, maka seharusnya kita abaikan saja. Sebab kebangkitan Indonesia dalam memperjuangkan harga diri adalah lebih penting, karena sudah terlalu lama kita dilecehkan dan diremehkan terus menerus oleh bangsa asing, diantaranya oleh Australia.

Upaya bangsa asing untuk membuat Indonesia tunduk, tidaklah dipungkiri. Penjagaan citra seperti yang dilakukan Australia, dengan membela mati-matian warganya, padahal itu penjahat, adalah patut dipertanyakan. Ada apa dengan sikap Australia itu, hingga demikian membabi buta membela warga yang jelas-jelas menjadi penjahat di negeri orang lain?

Penduduk Indonesia hanya bisa menduga-duga. Namun yang pasti jawabannya adalah karena orang tersebut SANGAT BERHARGA di mata pemerintah Australia. Sungguh seluruh penduduk Indonesia pasti bertanya, hanya seorang penyelundup narkoba saja, seberapa harganya bagi pemerintah Australia? Sementara di Indonesia mereka adalah dianggap sebagai penjahat tingkat berat, mengingat kerugian yang ditimbulkan kejahatan mereka itu! Jangan-jangan Australia nantinya akan menganggap mereka adalah pahlawan dan pejuang negara, meskipun melalui narkoba.

Penduduk Indonesia layak berkesimpulan, bahwa dengan dukungan dan pembelaan tersebut, pemerintah Australia telah MENDUKUNG KEJAHATAN INTERNASIONAL terhadap negara lain. Dalam hal ini yang menjadi korbannya adalah Indonesia.

Jika Australia mendukung penjahat, apa motif dibalik itu?

Untuk menjawab pertanyaan penduduk Indonesia ini, masyarakat biasa tidak mampu menjawabnya. Tentu pakarlah yang akan menjawabnya. Maka dua pakar menjawab sebagai berikut;

Pakar satu:

Australia dengan sengaja mengirim para penjahat internasional untuk melakukan ‘ekspansi narkoba’ ke Indonesia. Kalaupun selama ini beredar rumor, sesungguhnya tertangkapnya kelompok ‘Bali Nine’ mengesankan, bahwa Indonesia hanya wilayah transit belaka, apa itu bisa dipercaya? kalaupun semisal itu benar, maka Australia tentu menjadi negara tujuannya, sementara Indonesia hanya untuk transit belaka. Dengan demikian, Australia pastilah menjadi sasaran ancaman sindikat kejahatan narkoba internasional tersebut.

Dengan begitu, apa yang dilakukan Indonesia dengan keberhasilanya memotong arus lalu lintas narkoba ke Australia. Maka, seharusnya Indonesia dipandang telah menyelamatkan Australia. Karena dalam kasus penyelundupan ‘manusia perahu’, Australia jelas-jelas berterima kasih kepada Indonesia, jika Indonesia mau memotong jalur pengiriman manusia illegal itu, ke Australia.

Tapi nyatanya dalam kasus narkoba ini, Australia malah menyalah-nyalahkan Indonesia atas keputusan hukum yang menjadi haknya. Lantas apa motivasi dibalik sikap Australia yang aneh ini?

Apakah ia sok pintar, sok menggurui hukum, ekspansif berkedok sok manusiawi? atau sebenarnya hanya negara pecundang yang tunduk pada tekanan mafia narkoba, atau mengekor pada dikte kepentingan negara lain yang berambisi menghancurkan Indonesia dengan berbagai cara, diantaranya melalui narkoba?

Jelas, jika benar demikian, Bishop sangat berdosa kepada rakyat Indonesia! Karena berusaha membela kepentingan penjahat. Sekalipun ia nampak berusaha memperlihatkan jasa kepada kepentingan segelintir rakyatnya.

Sejarah masa lalu Australia memang dihiasi dengan kepedihan nasib dari para buangan politik Inggris serta penjahat-penjahat yang tak diinginkan. Namun bukan lantas Australia berlebihan membela penjahat.

Pakar kedua:

Australia tidak mungkin akan melakukan pembelaan atas nyawa seseorang, jika itu tidak berharga dan tidak menguntungkan bagi Australia. Sebab selama ini, Australia mana peduli dengan nyawa seseorang? Contohnya, lihat kasus manusia perahu itu. Apa mereka terbukti peduli dengan nyawa mereka? Kalau peduli, maka tidak akan ada kebijakan dari mereka yang dengan sengaja membuat supaya para manusia perahu itu tenggelam di laut. Artinya, Australia yang sesungguhnya adalah tidak peduli dengan nyawa manusia.

Lantas jika sekarang amat peduli dengan nyawa seseorang, sekalipun itu penjahat, bahkan penjahat yang akan membuat pelanggaran hukum di Australia itu sendiri (menurut anggapan Indonesia hanya sebagai negara transit). Maka jelas hal itu adalah aneh dan tidak logis. Sehingga kita pantas curiga. Jangan-jangan mereka ini, para penjahat narkoba yang dibela oleh negaranya itu, adalah agen-agen negara (Australia) atau (negara lain yang mendapat perlindungan Australia). Mereka ditugaskan untuk misi menghancurkan Indonesia. Jika benar dugaan ini, maka jelas itu ‘perang’ yang tidak dapat dimaafkan dan harus dilawan.

Patut dicatat, dalam situasi perang sedemikian ini, yang sudah-sudah, biasanya Australia akan mengajak Indonesia melakukan barter politik. (Lihat kasus Corby).

Ketahuilah wahai yang mulia Ms. Bishop……, anda nampak bersimpati dengan warga negara anda, sekalipun ia penjahat. Sementara kami bersimpati dengan nasib kami sendiri, sebagai rakyat Indonesia. Kami juga simpati kepada pimpinan kami, yang telah membela nasib kami, dari kejahatan orang-orang yang anda bela itu.

Wahai pimpinan bangsa ini, jika negeri ini terus menerus bersikap lemah lembut dan tunduk melayani keinginan mereka itu, pastilah Indonesia akan kehabisan energi. Maka, masyarakat Indonesia mengingatkanmu, jika terus mengalah, pasti Indonesia akan kalah. Untuk memenangkannya, maka Indonesia harus melawan, agar mereka sadar kepongahan mereka harus ada batasnya.

Pak Jusuf kalla, jangan kendur. Pak Jokowi, jangan ciut nyali oleh semua tekanan dan kata-kata yang mereka tujukan pada bangsa ini, Indonesia. Bangsa ini sudah teramat gerah dengan para pimpinan Australia sejak dulu, yang selalu melecehkan harga diri bangsa Indonesia. Para pembaca, kalian bisa review kembali komentar-komentar pedas John Howard dulu terhadap Indonesia dan Megawati, misalnya dalam kasus manusia perahu itu. Juga komentar Tonny Abbot yang sering melukai perasaan Indonesia, diantaranya dalam kasus penyadapan telepon presiden SBY. dll.

Pada dasarnya, persoalannya bukan pedas atau tidaknya pernyataan mereka itu, namun sesungguhnya sikap merekalah yang sering kali nampak kurang ajar dan memandang rendah Indonesia.

Bangkit Indonesia, lawan kepongahan mereka. Biar tahu, Indonesia punya harga diri, yang tidak dapat diperjual beli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline